Namun, Ghufron menilai inovasi itu belum digunakan secara maksimal. Karena tidak memanfaatkan teknologi, akibatnya banyak tenaga kesehatan yang akhirnya terinfeksi bahkan gugur saat menangani penderita covid-19.
"Mohon maaf kalau banyak dokter yang meninggal, karena terlalu kontak dengan pasien. Tapi kemudian ada robot, tapi belum banyak dipakai. Apa ini kendalanya?," kata Ghufron dalam sidang Dies Natalis ke 66 Universitas Airlangga (Unair) di Kampus C Unair, Senin 9 November 2020.
Ghufron mengatakan saat ini proses triple helix belum maksimal. Dia ingin adanya penguatan kerja sama antara industri, akademisi dengan pemerintah.
"Kolaborasi ini harus diperkuat untuk memproses seluruh inovasi dan mendorong penggunaan inovasi," sambung Ghufron.
Baca: GeNose UGM Uji Diagnostik di RS
Ghufron mengatakan, salah satu yang paling dibutuhkan saat ini adalah gerakan dari peneliti di kampus. Jika para peneliti memiliki inovasi, dia berharap pihaknya diberi tahu, agar program inovasi itu dapat didukung penuh.
"Jadi siapa saja punya ide bagus, kirim ke Kemenristek, kalau bagus kita danai untuk diimplementasikan," ujar Ketua Konsorsium Covid-19 Kemenristek itu.
Dia berharap dengan diperkuatnya triple helix, maka inovasi untuk pencegahan covid-19 dapat lebih masif. Inovasi-inovasi yang dihadirkan benar-benar dapat digunakan dan berguna bagi masyarakat.
"Kita harapkan ini bisa digunakan di rumah sakit-rumah sakit," ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News