Ketua Dewan Profesor Undip, Prof. Dr. Purwanto, DEA, mengatakan obat herbal sudah dikenal masyarakat Indonesia sejak nenek moyang. “Contohnya, masyarakat yang berusia 50 – 60 tahun, waktu kecil banyak yang diberi obat herbal," katanya saat memberi pengantar dalam webinar bertema “Peran Obat Herbal di Indonesia dalam Meningkatkan Imunitas Menghadapi Covid-19", dikutip dari laman Undip, Selasa, 16 November 2021.
Menurut dia, dalam perkembangannya, obat herbal sangat menarik untuk dikembangkan. Karena itu muncul beberapa penelitian yang hasilnya membuat obat herbal yang sifatnya tradisional dan dikenal sebagai jamu itu kemudian dibuat dengan kemasan modern dan higienis.
"Kini, orang dengan mudah menggunakan obat herbal. Dibanding dengan obat herbal yang zaman dulu, saat akan mengkonsumsi harus disiapkan dulu ramuannya. Perlu waktu yang lama. Sekarang dengan dibuat lebih modern dan ada kajian ilmiah, potensi pengembangannya sangat besar di Indonesia," paparnya.
Dia berharap, pengembangan ke depan obat herbal bisa dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk mengobati covid-19, atau setidaknya menjaga ancaman covid-19 dengan memberikan imunitas yang maksimal.
Sementara itu Ketua Senat Akademik Undip, Edy Rianto mengatakan, obat herbal merupakan obat tradisional warisan nenek moyang di bidang kesehatan. Indonesia sendiri merupakan negara tropis yang mempunyai potensi tanaman yang secara turun termurun digunakan untuk obat tradisional.
"Bahkan sudah menjadi budaya masyarakat Indonesia sejak berabad silam memanfaatkan herbal untuk pengobatan dan juga kecantikan," kata Edy.
Apalagi menurutnya, Indonesia dikenal secara luas sebagai pusat keanekaragaman hayati terbesar kedua setelah Brasil. Kekayaan keanekaragaman ribuan jenis baik tanaman maupun biota laut harus dimanfaatkan untuk kesejahteraan umat manusia.
"Obat herbal dipercaya bisa melawan covid-19. Jahe merah, kencur, temulawak, atau ramuan tradisonal sudah dipercaya ratusan tahun bisa menangani penyakit. Oleh karena itu, setiap ada penyakit yang mewabah, seperti covid-19 ini pun obat tradisonal dipercaya sebagai salah satu untuk penanggulangan penyakit," jelasnya.
Diakui, jika beberapa waktu yang lalu tanaman rimpang harganya melonjak dan diburu banyak orang. Tanaman herbal ini dijadikan obat.
Untuk menguatkan manfaatnya, Edy mengajak semua pihak memakai kajian ilmiah sebagai dasar dalam upaya pengembangan kekayaan herbal Indonesia.
Baca juga: Pokja Genetik UGM: Varian Delta Plus Belum Terbukti Lebih Ganas
Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, Mochammad Abdul Hakam, mengatakan, pemanfaatan obat herbal, digunakan bagi pasien covid-19 yang dirawat di rumah dinas walikota Semarang. Namun pemberiannya mengacu komposisi sesuai dengan aturan.
Obat herbal tersebut di antaranya, kayu India, daun sambiloto, pepaya, dan daun kelor.
Dokter dari Fakultas Kedokteran Undip, Neni Susilaningsih menjelaskan, pemanfaatan jamu dan herbal secara turun-temurun dipercaya digunakan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, berpotensi dikembangkan. Saat ini telah banyak dilakukan penelitian tentang herbal, meliputi standarisasi bahan, uji pra klinik dan uji klinik untuk bukti ilmiah penggunaan herbal sebagai obat herbal testandar dan fitofarmaka.
BPOM juga telah mengeluarkan buku di tahun 2020, tentang informasi seputar kasiat kegunaan dan keamanan obat tradisional dan suplemen kesehatan untuk membantu dan memelihara meningkatkan daya tahan tubuh. Jenis jamu yang banyak dikomsumsi adalah sambiloto, rebusan jahe, habbatussauda, empon-empon seperti jahe, kunyit, sereh, kayu manis, dan gula jawa, dan temulawak.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News