Saat itu, Emma fokus meneliti pengolahan limbah cangkang rajungan. Dari hasil observasi di wilayah Cirebon, banyak industri pengalengan daging rajungan. Industri ini menghasilkan limbah cangkang yang melimpah dan tidak dimanfaatkan dengan baik.
“Dari penelitian kami, kami mengisolasi kitosan dari limbah cangkang rajungan. Dan ternyata memang limbah cangkang rajungan itu dia punya bahan aktif yang luar biasa,” kata Emma dikutip dari laman unpad.ac.id, Kamis, 12 Januari 2022.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Emma menjelaskan bahan aktif yang terkandung dalam limbah cangkang rajungan bisa menjadi antioksidan, antipenuaan dini, antihiperkolesterolemia, hingga aplikasi bidang makanan maupun nonmakanan (farmasetika dan biomedis). Penelitian tersebut kemudian terus berlanjut, dari aktivitas isolasi, karakterisasi, hingga aplikasi.
Penelitian juga berhasil mendapatkan hibah dari berbagai lembaga. Emma kemudian mulai melirik pengolahan biota lainnya, salah satunya eksplorasi karaginan dari rumput laut. Upaya ini didasarkan atas melimpahnya rumput laut di Indonesia.
“Setelah diisolasi karaginannya ternyata rumput laut punya manfaat luar biasa,” kata Emma.
Sejak 2015, Emma berkolaborasi dengan peneliti lain dari berbagai fakultas di Unpad. Riset mulai pada pengembangan kemasan plastik biodegradasi. Riset bertujuan mengurangi penggunaan plastik berbasis bahan fosil untuk kemudian berpindah ke bahan alami.
Selain itu, penggunaan plastik bahan alami juga memudahkan proses penguraian di alam. Emma mengatakan perlu ratusan tahun mengurai plastik bahan fosil di alam. Sedangkan, plastik dari bahan alam dapat diurai dengan waktu lebih singkat.
Riset Emma dan tim berhasil mengembangkan plastik dari rumput laut dan kitosan limbah rajungan yang mampu terdegradasi di alam dengan cepat. Plastik sudah mulai bisa habis di tanah selama dua minggu dengan uji biodegradasi di tanah.
“Karena bahannya organik sehingga mikroba di tanah bisa mendegradasi itu,” ujar dia.
Emma menuturkan pengolahan limbah biota perikanan dan kelautan memiliki potensi besar. Banyak diversifikasi produk yang bisa dikembangkan dan diproduksi di dalam negeri. Emma bersama peneliti dari perguruan tinggi dan industri di bawah naungan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) membentuk Pusat Kolaborasi Riset Biomaterial Kelautan untuk mewujudkan hal itu.
Baca juga: Mahasiswa UI Teliti Limbah Pati Aren dan Cair Tapioka Sebagai Pengganti Plastik |