Menteri Perhubungan (Menhub), Budi Karya Sumadi mengatakan, masyarakat yang akan berpergian dengan kereta api dibebaskan untuk memilih, apakah akan menggunakan hasil tes GeNose atau tes swab antigen. Keduanya menjadi syarat yang sah untuk digunakan sebelum naik kereta api.
"Jadi dia menggunakan Antigen atau dia menggunakan GeNose, dengan hasil itu dia boleh pergi atau tidak. Kita juga harus memberikan kebebasan kepada masyarakat," kata Budi dalam konferensi pers di Stasiun Senen, Jakarta yang dipantau secara virtual, Rabu, 3 Februari 2021.
Dia meyakini, hasil tes GeNose tidak sembarangan. GeNose diyakini dapat melakukan screening secara akurat apakah seseorang terpapar virus korona atau tidak.
"Bahwa proses yang dilakukan GeNose ini bukan yang tidak-tidak. Ini melalui satu riset, suatu uji coba, melalui rekomendasi Kementerian Kesehatan," jelas Budi.
Baca juga: Hasil GeNose Positif, Penumpang KAI Dilarang Naik dan Diarahkan Swab
Pada kesempatan yang sama, Menteri Riset Teknologi / Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (Menristek/BRIN), Bambang Brodjonego mengatakan, jika hasil screening GeNose sangat menentukan. Hanya penumpang dengan hasil GeNose negatif yang boleh naik kereta api.
"Intinya GeNose ini screening untuk memisahkan mana yang boleh naik kereta, mana yang positif maka langsung tes PCR. PCR tetap gold standar," kata Bambang.
Menurutnya, penggunaan GeNose dapat menjadi penegasan jika sesorang memiliki atau tidak memiliki potensi terpapar virus korona. Bagi yang negatif maka dapat melanjutkan perjalanan dengan kereta api, sedangkan yang positif harus melakukan swab Polymerase Chain Reaction (PCR) atau tes swab sebagai gold standart.
"Ketika Anda akan menggunakan GeNose, Anda itu belum tahu potensi tepapar virus atau tidak. Jadi GeNose ini menjadi alat screening sebelum naik kereta bahwa penumpangnya itu adalah penumpang yang negatif. Jadi tidak terpapar virus," tutup Bambang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News