Kendati dikatakan dahulu Mars adalah planet yang paling mirip dengan Bumi, banyak tantangan yang harus diteliti agar Mars dapat dihuni dengan aman oleh manusia dan makhluk hidup lainnya. Salah satunya, iklim Mars berisikan gurun tandus yang dingin.
Namun, terdapat penemuan baru mengejutkan dari planet merah tersebut. Dikutip dari Science Alert, sebuah temuan baru mengungkapkan lumut tumbuh subur di kondisi Mars yang Gersang.
Lumut adalah tumbuhan perintis sejati, yang mampu bertahan hidup di lingkungan yang sangat keras hingga dianggap hampir tandus. Yuk simak informasinya lebih lanjut!
Dengan pemberian waktu yang diperlukan, lumut dapat membangun fondasi untuk seluruh bidang batu, pasir, atau bahkan atap rumah untuk bertransformasi menjadi ekosistem beragam. Tetapi, hal ini tidak dapat sepenuhnya dianggap menjadi dukungan poin tambahan bahwa Mars siap dihuni dan hal ini masih membutuhkan penelitian lebih lanjut.
Tim ahli biologi Universitas Jagiellonian di Polandia dan Akademi Ilmu Pengetahuan Polandia menyelidiki hal tersebut dalam sebuah eksperimen di Pusat Penelitian Antariksa Akademi Ilmu Pengetahuan Polandia. Target penelitiannya untuk mengetahui sifat fisik dan biokimia yang dapat membantu lumut bertahan hidup dalam kondisi mirip Mars sambil tetap aktif secara metabolik.
Seorang ahli botani dari universitas tersebut mengatakan “Penelitian kami adalah yang pertama menunjukkan bahwa metabolisme kerja sama jamur dalam simbiosis lumut tetap aktif ketika berada di lingkungan yang menyerupai permukaan Mars,” kata penulis utama, Kaja Skubala.
“Temuan ini memperluas pemahaman kita tentang proses biologis dalam kondisi Mars yang disimulasikan dan mengungkapkan bagaimana organisme terhidrasi merespons radiasi pengion – salah satu tantangan yang paling penting untuk kelangsungan hidup dan kelayakhunian di Mars.”
Lumut adalah struktur unik di mana jamur dan alga atau sianobakteri bekerja sama membentuk koloni yang dapat bertahan hidup dalam kondisi yang tidak dapat mereka hadapi sendiri. Mereka dapat bangkit kembali saat bersentuhan dengan air untuk mencari makan dan tumbuh kembali di masa-masa sulit yang disebut dengan kondisi dormansi.
Pasangan jamur-alga pada dasarnya saling bergantung satu sama lain, setiap jenis lumut masih dinamai seolah-olah merupakan satu spesies. Dua spesies yang digunakan dalam simulasi Mars ini adalah Diploschites muscorum yang berkerak, pucat, dan berumbi, serta Cetraria aculeata yang gelap, bercabang, dan mirip rumput laut.
Baca juga: Peneliti Temukan Planet Mars Pernah Memiliki Pantai |
Setiap lumut dibangunkan dengan gerimis ringan sebelum ditempatkan di dalam ruang vakum selama lima jam, dengan dua jam pertama diatur pada suhu permukaan siang hari Mars 18 derajat celcius (sekitar 64 derajat Fahrenheit), yang kemudian turun secara bertahap ke suhu malam hari Mars selama dua jam pada -26 derajat celcius.
Pada mesin simulatornya, gas yang terdiri dari 95 persen karbon dioksida dipompa ke dalam tangki untuk mensimulasikan atmosfer Mars di permukaan tanah, dengan kelembapan mulai dari 8 persen hingga 32 persen. Tekanannya pun diatur sangat rendah, yakni 5 hingga 7 milibar, yang lebih dari 1000 milibar lebih rendah dari tekanan atmosfer Bumi di permukaan laut.
Selanjutnya bagaimana lumut mengatasi tingkat radiasi UV di Mars dan kondisi keras lainnya telah dipelajari secara ekstensif, sehingga Skubala dan timnya berfokus pada kekuatan ionisasi sinar-X. Lumut-lumut tersebut disetrum dengan radiasi sinar-X dosis 50 gray.
Hal itu sebanding dengan apa yang bisa diterima permukaan Mars dalam setahun melalui partikel-partikel Matahari yang energik dan suar. Mars memiliki atmosfer tipis dan tidak memiliki medan magnet global, yang keduanya adalah faktor penting yang dibutuhkan manusia di Bumi untuk perlindungan dari serangan Matahari.
Hanya satu spesies yang bisa bertahan dalam kondisi tersebut yaitu D. muscorum. Para peneliti menduga kerak bumi yang tebal dan dipenuhi dengan kristal kalsium oksalat di dalam dan luar, mungkin telah melindunginya dari kerusakan akibat radiasi.
“Meskipun kalsium oksalat memiliki nomor atom yang relatif rendah, yang membuatnya kurang efektif dalam menyerap sinar-X daripada elemen yang lebih berat, endapan kristal padat pada permukaan (lumut) dapat memungkinkan atom kalsium berinteraksi dengan sinar-X berenergi rendah, menyerap sebagian energinya,” tulis para peneliti.
Spesies yang tidak bernasib baik adalah C. aculeata, meskipun ia dipilih karena kemampuannya untuk bertahan hidup di lingkungan ekstrem Bumi yaitu di Kutub Utara dan Antartika. Para ilmuwan juga mengetahui pigmen melanin yang memberi lumut ini warna coklat tua dan hitam dapat melindungi dari sengatan matahari Mars yang tak terkendali.
Dikarenakan warna tersebut dapat menyaring radiasi dalam spektrum UVB dan UVA. Tapi melanin juga merupakan antioksidan yang kuat dan menurut tim peneliti dapat membantu lumut ini bertahan dari radiasi pengion.
Namun, C aculeata mengalami tingkat stress tinggi dari sinar-X dan muncul sebagai membran yang rusak, enzim tidak berfungsi, dan penumpukan hidrogen peroksida. Lumut jenis ini tidak memiliki kalsium oksalat yang memungkinkan menjadi faktor penentu kelangsungan hidup di Mars.
Pada akhirnya simulasi seperti ini hanya memberikan sedikit gambaran tentang kenyataan pahit planet merah. Tetapi tetap memberi pengetahuan baru seperti yang dikatakan Skubala “Penelitian ini memperdalam pengetahuan kita tentang adaptasi lumut dan potensinya untuk berkoloni di lingkungan luar angkasa.”
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id