Upaya ini sebagai bagian dari membangun kemandirian protein hewani nasional, khususnya untuk menjawab permasalahan stunting di Indonesia. "Sebagai tahap awal untuk mengatasi masalah stunting ini, penting bagi Indonesia untuk membangun kemandirian protein hewani nasional, sehingga menjadi lebih murah dan terjangkau oleh berbagai kalangan masyarakat," kata Kepala Organisasi Riset Hayati dan Lingkungan (OR HL), Iman Hidayat saat meninjau fasilitas riset air tawar Ikan Tor di Bogor, dilansir dari siaran pers BRIN, Jumat, 2 September 2022.
Menurut Iman, salah satu kontribusi utama permasalahan stunting di Indonesia adalah rata-rata konsumsi protein masyarakat Indonesia yang masih minim. Hal ini karena harga berbagai komoditas sumber protein seperti ikan, telur dan susu masih cukup mahal bagi sebagian besar masyarakat Indonesia.
"Padahal, protein merupakan komponen utama dari makanan yang diperlukan tubuh untuk pertumbuhan dan regenerasi sel," ujarnya.
Untuk mengantisipasi hal itu, kata Iman, beberapa perisetnya yang berasal dari Pusat Riset Zoologi Terapan telah berhasil mengembangkan teknologi budidaya dan pemijahan, khususnya ikan lokal seperti ikan dewa (ikan Tor), ikan baung, dan ikan belida. Penguasaan teknologi kunci seperti teknologi budidaya merupakan titik awal dalam membangun sentra-sentra industri budidaya ikan lokal nasional di berbagai daerah di nusantara.
Selain itu, dengan berhasilnya budidaya ikan lokal, akan membantu konservasi karena mengurangi aktivitas penangkapan liar di habitat alaminya. “Tim periset kita sudah berhasil menguasai teknologi kunci budidaya spesies ikan baung, ikan tor, dan spesies ikan lokal lainnya” tambahnya.
Sementara itu Peneliti Ikan Tor Pusat Riset Zoologi Terapan, Otong Zenal Arifin mengatakan, Indonesia memiliki empat jenis ikan Tor. Keempat jenis yang dimaksud adalah ikan Tor Soro, ikan Tor Douronensis, ikan Tor Tambroides dan ikan Tor Tambra.
Ikan Tor Soro dan Tor Tambra banyak ditemukan di Jawa, Tor Douronensis di Sumatra dan Tor Tambroides banyak ditemukan di Kalimantan. “Saat ini yang sedang dikembangkan oleh peneliti BRIN yaitu Tor Soro, ikan Tor Douronensis, ikan Tor Tambroides, Sedangkan Tor tambra masih dilakukan koleksi populasi dan sangat sulit ditemukan” ujarnya.
Peneliti yang tergabung dalam Kelompok Riset Zooteknik Fauna Akuatik ini juga menambahkan ikan Tor memiliki daya jual sangat tinggi baik pasar dalam dan luar negeri. Untuk pasar eksport terutama ke Malaysia, China, Singapura, Hongkong, Taiwan, Macau.
Di Indonesia harga ikan Tor terbilang mahal karena memiliki aspek budaya. Seperti Tor Soro yang di Sakralkan di Kuningan Jawa Barat dan Sumatera.
Potensi Ikan Baung
Selain Ikan Tor, Ikan Baung menjadi salah satu komoditas yang banyak diminati konsumen di Sumatra, Kalimantan dan Jawa. Seperti di Magelang, kuliner ikan baung yang menjadi favorit adalah jenis Mangut Beong.Namun sangat disayangkan pasokan bahan bakunya masih hasil tangkapan. Di mana kontinuitas, keseragaman ukuran dan kuantitas jadi masalah. Jaminan pasokan bahan baku akan terjaga bila dapat dihasilkan dari proses budidaya.
Peneliti Ikan Baung Pusat Riset Zoologi Terapan BRIN, Jojo Subagja mengatakan penyediaan untuk konsumsi Ikan Baung masih mengandalkan dari hasil tangkapan alam di beberapa daerah di Indonesia. Seperti Sumatra Selatan, Jambi dan Riau, Kalimantan Barat dan Kalimantan Selatan.
“Periode 2015 hasil tangkapan ikan baung berhasil menjadi komoditas ekspor, bahkan tonasenya mengalahkan produksi dari Malaysia. Namun pada 2019 dan 2020 hasil tangkapan menurun hal ini menunjukkan populasi di alam semakin berkurang,” ujarnya.
Jojo menambahkan, upaya untuk membantu recovery populasi Ikan Baung di alam dapat dilakukan dengan re-stoking, namun hal ini juga masih terkendala. Ada keterbatasan penyediaan benih ikan untuk penebaran yang di hasilkan dari teknologi produksi secara buatan atau artificial production.
“Periset di Pusat Riset Zoologi Terapan sudah menghasilkan induk ikan baung dari hasil domestikasi. Calon indukan bisa dikembangkan oleh para peternak atau pembudidaya, khususnya untuk daerah yang menjadi sentra produsen ikan baung” tambahnya.
Baca juga: BRIN Ungkap Pengembangan Senyawa Aktif dari Biota Laut untuk Obat |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News