Lebih lanjut ia menerangkan, jenis kebocoran diglosia yang terjadi pada bahasa Enggano adalah alih kode atau peralihan dari satu bahasa ke bahasa lain dan hilangnya tingkat tuturan bahasa.
Selain itu, pergeseran bahasa Enggano juga dapat ditemui dalam bentuk campur kode yang merupakan penggunaan dua bahasa atau lebih yang berupa serpihan untuk memperluas ragam bahasa atau gaya bahasa dalam suatu percakapan.
Bentuk alih kode dan campur kode dilakukan sebagai usaha mempertahankan kerukunan antara masyarakat suku asli dengan masyarakat pendatang. Namun demikian, pergeseran ini telah melemahkan bahasa Enggano sebagai bahasa lokal dan asli dari pulau Enggano.
Upaya pelestarian bahasa Enggano, menurut tim ini, dapat dilakukan melalui konservasi dan revitalisasi memanfaatkan kondisi terkini dari penutur bahasa Enggano.
“Perlu untuk membentuk lembaga seperti dewan konservasi dan revitalisasi bahasa yang bertanggungjawab dalam pelestarian Bahasa Enggano, kemudian dibagi sesuai dengan stakeholder-nya,” imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News