Inovasi ini sekaligus menjadi salah satu dukungan pendidikan vokasi terhadap industri halal di Indonesia. Ketua tim periset Enkapsulasitek Polban, Budi Triyono, mengatakan ide pengembangan mesin enkapsulasi nongelatin ini bermula dari penggunaan kapsul lunak yang terus meningkat.
Kapsul-kapsul lunak tersebut biasanya diaplikasikan pada produk-produk farmasi, seperti obat-obatan, vitamin, suplemen, dan mineral. Sayangnya, material yang digunakan pada kapsul lunak biasanya menggunakan gelatin.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Gelatin merupakan produk hidrolisis kolagen yang berasal dari kulit, jaringan, dan tulang sapi, kerbau, atau babi. Di negara-negara nonmuslim, gelatin biasanya menggunakan tulang babi. Sementara itu, untuk konsumsi negara muslim, gelatin umumnya menggunakan tulang sapi.
“Selain rentan dengan isu halal, kapsul lunak gelatin ini juga tidak ramah untuk kalangan vegetarian karena mereka memang tidak mengonsumsi produk hewani,” kata Budi dikutip dari laman Vokasi Kemdikbud, Kamis, 12 Januari 2022.
Polban kemudian berinovasi dengan mengembangkan mesin enkapsulasi menggunakan material nongelatin yang lebih ramah untuk vegetarian dan dipastikan kehalalannya. Material yang digunakan berasal dari karaginan yang berasal dari ekstrak rumput laut.
Bahan tersebut tak lain merupakan hasil penelitian dari Institut Teknologi Bandung (ITB) yang telah didaftarkan patennya tahun lalu. “Sebenarnya potensi tanaman Indonesia yang bisa dikembangkan menjadi material nongelatin cukup banyak, tetapi memang belum banyak yang meneliti,” ujar Budi.
Budi menyebut inovasi mesin enkapsulasi ini merupakan hasil pengembangan/penyempurnaan inovasi sebelumnya oleh Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan (LPIK) ITB. “Kami kemudian melakukan penyempurnaan untuk meningkatkan keandalannya sehingga menjadi mesin yang layak produksi,” jelas dia.
Penyempurnaan oleh tim dari Polban, antara lain pada sistem mekanik, instrumentasi, dan sistem kontrol mesin. Kapasitas produksi mesin juga ditingkatkan menjadi 500-2.000 kapsul lunak per jam, dari yang sebelumnya sekitar 100 kapsul lunak per jam.
Dari sisi ukuran, mesin pengembangan tim enkapsulasi inovasi Polban juga lebih besar dari yang dikembangkan oleh ITB. Namun, ukuran mesin inovasi Polban ini masih jauh lebih kecil dari mesin-mesin enkapsulasi gelatin yang umumnya berukuran besar sehingga hanya cocok untuk skala industri-industri kecil.
“Mesin enkapsulasi kami ukurannya lebih kecil sehingga cocok untuk skala laboratorium maupun untuk industri-industri kecil seperti UMKM,” kata Budi.
Meskipun masih membutuhkan riset kolaboratif lanjutan untuk terus meningkatkan kinerja mesin, hasil penelitian ini sudah dapat dimanfaatkan oleh lembaga riset atau industri, khususnya UMKM bidang OMAI. Mesin ini dapat digunakan untuk memproduksi obat asli Indonesia, khususnya untuk produksi obat herbal cair yang membutuhkan kemasan dalam bentuk kapsul lunak, seperti ekstrak jahe, virgin oil, minyak ikan, vitamin E, ekstrak mengkudu, ekstrak buah merah, dan ekstrak daun jambu.
“Produk yang dihasilkan dari bahan alam tersebut umumnya memiliki kelemahan dari sisi stabilitasnya karena mudah teroksidasi serta peka pada perubahan suhu dan lingkungan. Dengan dibuat menjadi bentuk kapsul lunak maka stabilitas produk bahan alam tersebut akan dapat diperbaiki dan ditingkatkan sekaligus," jelas Budi.
Dia mengatakan produk di bagian dalam dari kapsul lunak dan terlindungi oleh material yang bertindak sebagai kulit terluar dari kapsul lunak tersebut.
Penelitian ini merupakan salah satu program Riset Keilmuan Terapan Dosen PT Vokasi Tahun 2021/2022 yang didanai oleh Lembaga Pengelolaan Dana Pendidikan (LPDP). Tim riset Enkapsulasitek Polban merupakan kolaborasi dosen dan mahasiswa dari tiga prodi berbeda yang berasal dari tiga jurusan di Polban, yaitu Jurusan Teknik Mesin, Teknik Kimia, dan Teknik Elektronika.
Tim periset Enkapsulasitek Polban lainnya, ialah Undiana Bambang, Edi Wahyu Sri Mulyono, Dadan Nurdin Bagenda, Albert Daniel Saragih, dan Aqil Mubarak Suherman.
“Semoga penelitian ini bisa menjadi percontohan untuk meningkatkan atmosfer riset dan kolaborasi antarprodi di politeknik atau di perguruan tinggi penyelenggara pendidikan vokasi (PTPPV), khususnya Polban,” ujar Budi.
Baca juga: Dukung Industri Fesyen, Mahasiswa PENS Bikin Aplikasi Sandangs |