Salah satu bukti nyata manfaat dari teknologi terbaru adalah penemuan air di sekitar bintang muda yang mirip Matahari untuk pertama kalinya. Penelitian terbaru, dikutip dari laman Science Alert dan jurnal Nature, memberikan wawasan baru tentang pembentukan surya yang memanfaatkan kecanggihan alat-alat observasi terkini. Simak lebih lanjut terkait penelitannya di sini.
Selama puluhan tahun, para ilmuwan meyakini terdapat air melimpah di bagian luar Tata Surya pada awal pembentukannya. Antara lain berasal dari Komet dan Asteroid yang membawa air ke Bumi dan planet-planet bagian dalam selama periode yang dikenal sebagai Late Heavy Bombardment sekitar 4 miliar tahun lalu.
Keberadaan es yang melimpah seperti di Sabuk Kuiper (cincin objek es ‘esidoroid’ di bagian luar Tata Surya) mendukung teori tersebut. Awalnya hipotesis ini sulit diuji, namun sekarang ilmuwan dapat mempelajari sistem bintang di luar Tata Surya yang masih berada dalam tahap pembentukan.
Berkat teleskop luar angkasa JWST (James Webb Space Telescope), ilmuwan kini memiliki bukti kuat bahwa teori ini benar. Menurut penelitian terbaru yang dipimpin oleh peneliti dari Universitas Johns Hopkins (JHU), JWST berhasil mendeteksi es air dalam cakram puing-puing yang mengorbit bintang HD 181327, sebuah bintang mirip Matahari yang berjarak 155 tahun cahaya dari Bumi.
"JWST secara jelas mendeteksi bukan hanya es air, tetapi es air kristalin, yang juga ditemukan di lokasi seperti cincin Saturnus dan objek es di Sabuk Kuiper Tata Surya kita. Kehadiran es air membantu memfasilitasi pembentukan planet. Material es ini pada akhirnya juga dapat 'dikirimkan' ke planet berbatu yang mungkin terbentuk dalam beberapa ratus juta tahun di sistem seperti ini," jelas Chen Xie, asisten peneliti JHU dan penulis utama studi, dalam siaran pers NASA.
Dengan usia hanya 23 juta tahun, bintang ini masih sangat muda dibandingkan dengan Tata Surya kita yang sudah berumur 4,6 miliar tahun. Karena itu, bintang ini masih dikelilingi oleh cakram protoplanet yang belum menyatu untuk membentuk sistem planet. Meneliti bintang muda seperti ini memungkinkan astronom untuk mengamati proses pembentukan sistem planet dari tahap awal.
Para peneliti mengamati HD 181327 menggunakan spektrograf inframerah dekat JWST (NIRSpec), yang mengungkapkan jejak kimia khas dari air di bagian luar cakram puing-puing bintang tersebut.
Baca juga: Terungkap! Ini Cahaya Pertama yang Menerangi Alam Semesta dari Gelap Gulita |
Seperti yang diprediksi, sebagian besar es air ditemukan di cincin puing-puing luar, yang menyumbang lebih dari 20 persen massa totalnya. Mirip dengan Sabuk Kuiper, air di sana berbentuk 'bola salju kotor' (es yang tercampur dengan partikel debu halus).
Semakin dekat ke bintang yang diamati, semakin sedikit air yang ditemukan. Di bagian tengah cakram, hampir tidak ada es yang terdeteksi. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh penguapan akibat radiasi ultraviolet bintang, meskipun juga mungkin sejumlah besar air terperangkap dalam batu dan planetesimal.
Karena es air sangat memengaruhi pembentukan planet di sekitar bintang muda, temuan ini membuka peluang baru bagi para peneliti untuk mempelajari proses yang mengatur perkembangan sistem tata surya. Hasil ini juga mengkonfirmasi apa yang sebelumnya diisyaratkan oleh Teleskop Luar Angkasa Spitzer NASA saat mengamati sistem ini pada tahun 2008.
“Ketika saya masih mahasiswa pascasarjana 25 tahun lalu, pembimbing saya mengatakan bahwa seharusnya ada es di cakram puing-puing, tetapi sebelum JWST, kami tidak memiliki instrumen yang cukup sensitif untuk mengamati hal ini,” kata Christine Chen, astronom di Space Telescope Science Institute (STScI) dan salah satu penulis studi ini.
Pengamatan JWST juga mengungkapkan celah lebar tanpa debu di antara bintang dan cakram puing-puingnya. Di bagian luar cakram, strukturnya mirip dengan Sabuk Kuiper yang dipenuhi bola salju kotor dari planet kecil lain. Selain itu, tabrakan masih terjadi di Sabuk Kuiper, yang juga teramati pada bintang HD 181327.
“HD 181327 adalah sistem yang sangat aktif,” kata Chen. “Tabrakan rutin terjadi di cakram puing-puingnya. Ketika benda-benda es tersebut bertabrakan, mereka melepaskan partikel kecil dari es air berdebu yang ukurannya sangat ideal untuk dideteksi oleh JWST.’
Dengan pengamatan ini, para astronom akan terus mencari es air dan cakram puing-puing lainnya untuk diamati secara mendalam menggunakan JWST dan teleskop generasi mendatang lainnya yang akan segera diluncurkan dalam waktu dekat.
Meneliti sistem planet yang masih terbentuk secara aktif ini akan membantu mengembangkan model pembentukan planet dan memberikan wawasan baru tentang bagaimana sistem Tata Surya kita terbentuk. (Alfi Loya Zirga)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News