Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan (Ditjen Risbang) Fauzan Adziman menyampaikan hal tersebut saat Taklimat Media 2025 “Arah dan Kebijakan Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Tahun 2025”, Jumat, 3 Januari 2024.
Fauzan Adziman menyoroti beberapa komoditas pangan penting Indonesia, pemenuhan suplainya masih tergantung impor. Untuk itu, diperlukan berbagai langkah strategis untuk mewujudkan ketahanan pangan, salah satu strateginya adalah dengan pengembangan benih unggul.
Pengembangan benih unggul di Indonesia masih sangat terbatas dan masih banyak tergantung pada benih impor. Untuk itu, perlu digalakkan riset dan inovasi untuk menghasilkan benih-benih unggul untuk berbagai komoditas pangan yang penting.
“Kami sudah bertemu dengan lebih dari 25 pakar dari perguruan tinggi untuk membahas strategi-strategi yang dapat dikembangkan. Sejauh ini, strategi penting nomor satu adalah benih unggul,” ujar Fauzan.
Strategi berikutnya adalah intensifikasi. Strategi ini perlu digunakan karena dapat diimplementasikan tanpa memperluas lahan areal tanam.
Baca juga: Kemdiktisaintek Tegaskan Tak Ada Anggaran Tunjangan Profesi dan Tukin Dosen di 2025, Tapi... |
Strategi ini lebih mengutamakan penggunaan teknologi dalam budidaya pertanian. Fauzan Adzimen mencontohkan, di Bondowoso produksi padi jika tanpa dilakukan intensifikasi, sawah hanya bisa menghasilkan gabah 5 ton per hektare. Dengan implementasi intensifikasi pertanian berbasis riset organik, produksi bisa meningkat menjadi 8 ton per hektare.
Peran riset dalam upaya mencapai ketahanan pangan adalah untuk meningkatkan nilai tambah baik dalam hal produktivitas benih melalui teknologi genomics. Selain itu riset juga berperan dalam optimalisasi penggunaan lahan melalui implementasi berbagai teknologi baik berbasis internet of things (IoT) dan juga kecerdasan buatan.
“Jadi tanpa memperbesar lahan, namun dapat meningkatkan produktifitas pertanian yang bermuara pada pencapaian ketahanan pangan,” jelas Fauzan Adziman.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News