Data Badan Pusat Statistik mencatat singkong secara kuantitas menjadi limbah pertanian ketiga terbesar di Indonesia setelah limbah padi dan jagung. Produksi tahunan singkong nasional mencapai 21,5 juta ton. Dari jumlah tersebut 16 persen bakal menjadi limbah berupa kulit singkong.
Dosen Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Jember Kampus Bondowoso Himmatul Khasanah mengatakan kulit singkong bisa dimanfaatkan sebagai pakan ternak bermutu, termasuk memanfaatkan tape afkir. Apabila diolah akan memberikan potensi tambahan penghasilan bagi pengusaha tape dan mendukung keberadaan Bondowoso sebagai kabupaten penghasil ternak utama di Jawa Timur.
Berbagai kegiatan dilakukan UNEJ untuk meningkatkan awareness di kalangan pelaku usaha, salah satunya memberikan pelatihan pembuatan pakan ternak alternatif ini kepada karyawan dan pengusaha tape merek Tape 57 di Desa Sumber Tengah, Kecamatan Binakal Kabupaten Bondowoso pada 11 dan 18 September 2022.
“Sekitar 15 peserta yang mengikuti pelatihan ini. Kami berharap pakan ternak dari limbah kulit singkong ini bisa menjadi alternatif pakan sebab dalam observasi kami pakan ini mudah dicerna oleh ternak. Sekaligus mengurangi limbah kulit singkong dan memanfaatkan tape afkir. Artinya membantu pendapatan pelaku usaha industri tape sekaligus menyukseskan Bondowoso sebagai pengahsil ternak di Jawa Timur,” tutur Himma dalam keterangan tertulis, Kamis, 24 November 2022.
Himma menjelaskan kulit singkong dan tape afkir perlu diolah terlebih dahulu, tidak boleh diberikan begitu saja kepada ternak. Pasalnya, dalam kulit singkong mengandung asam sianida yang dapat memabukkan dan berbahaya bagi ternak bila dikonsumsi dalam jumlah banyak.
Kedua, perlu pengolahan lanjut untuk meningkatkan nutrisi dalam kulit singkong. Caranya dengan menggunakan aplikasi teknologi fermentasi dengan statrter mikroorganisme yang membantu perombakan struktur bahan pakan dan nilai nutrisinya.
Uniknya, kata dia, mikroorganisme yang akan digunakan dalam proses fermentasi berasal dari tape afkir yang merupakan hasil samping industri tape. Mikroorganisme jenis ini dalam dunia pakan ternak disebut sebagai Mikroorganisme Lokal (MOL).
Contoh mikroorganisme berupa bakteri yang terlibat dalam pembuatan tape ialah bakteri jenis Bacillus yang mampu menghasilkan amylase yang melakukan tugas fermentasi amilum di tape menjadi gula atau glukosa. Merujuk pada beberapa penelitian, dalam air rebusan tape ditemukan bakteri seperti Lactobacillus fermentum, Klebsiella pneumonia, Psedomonas sp, Proteus mirabilis, Bacillus subtilis, Klebsiella pneumoniae, Staphylococcus aureus, Lactobacillis sp, Pseudomonas aeruginosa.
Mikroorganisme Lokal (MOL) ini yang kemudian dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan, termasuk meningkatkan kualitas bahan pakan melalui fermentasi. Himma menyebut usaha peternakan di Indonesia menghadapi dua tantangan utama, yakni faktor lingkungan tropis yang ditandai dengan iklim panas dan kelembaban tinggi, serta kondisi peternakan rakyat yang umumnya peternakan kecil (small holder farmer).
Himma mengatakan kedua tantangan ini berdampak pada kualitas pakan yang rendah baik dari sisi kecernaan dan kandungan nutrisi. Padahal, pakan ternak merupakan salah satu faktor penting dalam budidaya ternak dan menjadi penentu dalam keberhasilan suatu usaha peternakan.
"Oleh karena itu pakan ternak dari limbah kulit singkong bisa menjadi alternatif di saat pakan hijauan sulit dicari oleh peternak," kata Himma.
Baca juga: Guru Besar Unpad Sebut Pemuliaan Ubi Jalar Berkontribusi Wujudkan Ketahanan Pangan Nasional |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News