Salah satunya dengan memberikan mereka skill untuk mendorong kreatifitas dalam membangun ekonomi dan industri kreatif berbasis kebudayaan lokal. "Mengenai pembinaan generasi muda saya kira ini juga sudah banyak dilakukan tapi mungkin lebih memberikan dan menguatkan lagi skill kepada mereka. Misalnya seperti Jepang atau Korea dengan budaya-budaya K-popnya. Kita juga bisa menciptakan K-pop ala betawi, saya kira kenapa tidak?" ujarnya saat memberikan paparan dalam Diskusi Pengembangan Riset dan Inovasi dalam Penguatan Jakarta sebagai Kota Global di Gedung BJ Habibie, Jakarta, dilansir dari laman BRIN, Kamis, 22 Februari 2024.
Menurut Sastri, pengembangan kebudayaan saat ini lebih dipandang kerap menghabiskan anggaran. Padahal, dengan gaya yang seperti Ananta Rupa ada satu perusahaan anak muda yang mengambil dari riset kami tentang misalnya ikon budaya dari Majapahit kemudian menjadi game war yang sangat keren dan mampu mendapatkan penghasilan.
"Jadi budaya bukan berarti tidak ada duitnya, sering kali kita berpikir budaya ini cuma menghabiskan duit, tapi kalau sebenarnya diolah ternyata budaya itu sangat kaya menurut saya. Nah ini potensi ini yang harus digali kembali," ungkapnya.
Di sisi lain, Sastri memberikan paparan mengenai pelestarian budaya Betawi di era modern. Dia menyampaikan bahwa budaya Betawi sering kali terpinggirkan pada masa Orde Lama (Orla) dan Orde Baru (Orba), di mana pemerintah pada masa itu cenderung menonjolkan keberagaman etnis dengan mengabaikan keberadaan budaya lokal seperti budaya Betawi.
Namun, ia menegaskan perlunya pendekatan ulang terhadap pelestarian budaya Betawi dalam konteks perkembangan Jakarta sebagai kota global. "Pendekatan baru perlu dipertimbangkan untuk memperkuat identitas lokal masyarakat Betawi dan mengatasi perasaan keterpinggiran yang mungkin dirasakan. Kita perlu melakukan riset-riset terkait pelestarian budaya yang melibatkan pemerintah, lembaga budaya, dan masyarakat Betawi sendiri," ungkapnya.
Sastri juga menyoroti tantangan dan peluang yang dihadapi masyarakat Betawi. "Salah satu langkah yang bisa diambil adalah mengembangkan industri kreatif sebagai cara mempertahankan budaya dan menciptakan mata pencaharian baru di tengah perubahan ekonomi," tambahnya.
Dalam paparannya, Sastri juga membahas potensi riset terkait arifan lokal, seni, dan tradisi budaya Betawi. Dia menyoroti pentingnya pembinaan generasi muda dengan memberikan keterampilan baru, serta mengembangkan potensi ekonomi kreatif melalui penguatan identitas lokal.
Sastri juga memaparkan hasil riset terkait praktik perawatan tradisional yang masih terjaga di masyarakat Betawi, serta potensi pariwisata budaya yang dapat dikembangkan dari sumber-sumber budaya lokal.
Dengan berbagai saran dan pandangan yang disampaikan, diharapkan Jakarta dapat terus mengembangkan diri sebagai kota yang tidak hanya maju secara ekonomi, tetapi juga memperkuat dan melestarikan identitas budaya lokalnya.
Baca juga: Pakar BRIN Ungkap Angin Kencang di Rancaekek Adalah Tornado, Ini Fakta-Faktanya |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News