Hal itu coba digali oleh dosen dan mahasiswa dari Institut Teknologi Nasional Bandung (Itenas) dan Universitas Aisyiyah Bandung. Mereka menggelar penelitian berjudul Potensi Multimodalitas Film Seni Dalam Merepresentasikan Ideologi Bangsa di Era Transformasi Digital: Studi Kasus Film Setan Jawa.
Penelitian yang didanai oleh Hibah BIMA Kemendikbudristek itu mengunjungi candi-candi yang menjadi lokasi syuting film Setan Jawa. Tim peneliti juga melakukan wawancara ke beberapa narasumber.
Dilansir dari Instagram @intenas.official, tim melakukan observasi ke Candi Sukuh Karanganyar yang merupakan salah satu lokasi utama dalam objek penelitian didampingi Joko Suyono, pemandu wisata (Philosophical Guide) Candi Sukuh dan Candi Cetho. Candi Sukuh merupakan candi yang merepresentasikan makrokosmos dan mikrokosmos, juga memilki Arca Garuda yang narasi kulturalnya termasuk ke dalam kajian penelitan.
Setelah itu, tim berkunjung ke Museum Omah Jayeng Yogyakarta, yang merupakan salah satu lokasi utama dalam pengambilan Film Setan Jawa karya/sutradara Garin Nugroho. Tim bertemu perwakilan Garin Workshop, Galih J, untuk mendiskusikan mengenai ekosistem pertumbuhan film seni di Indonesia, serta bagaimana film dapat menjadi modal komunikasi bagi sosial, budaya, ideologi, dan politik bangsa.
Malam harinya, observasi dilakukan di Candi Prambanan Yogyakarta. Tim mengamati Sendratari Ramayana yang dipertunjukkan langsung di panggung terbuka pada pelataran candi, sebagai bahan data mengenai karya seni dengan potensi multiliterasi yang dapat mengukuhkan jati diri bangsa.
Peneliti Itenas dari prodi DKV, Agustina Kusuma Dewi dan Ganis Resmisari, berkunjung ke Sekolah Pasca Sarjana S2 Seni Institut Seni Indonesia (SI) Surakarta. Mereka mewawancarai Ketua Program Studi Pasca Sarjana S2 Seni, Handriyotopo.
Narasumber lain yang diwawancarai adalah Eddy D. Iskandar, sastrawan sekaligus pengamat film yang juga Ketua Umum Forum Film Bandung.
Hasil penelitian selain publikasi pada jurnal akademik, direncanakan berbentuk buku. Penelitian diharapkan dapat memberikan pengayaan wawasan terkait multimodalitas dan modalitas kultural pada film dapat berperan menguatkan ideologi bangsa dan secara tidak langsung turut berkontribusi memberikan edukasi tentang budaya tradisi Indonesia di era Society 5.0.
Baca juga: Hobi Utak-Atik Barang Elektronik, Alumnus Itenas Ini Jadi Ahli Robotik di Dubai |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News