Hal ini terkait dengan kebutuhan energi yang dapat dihasilkan dari metabolisme subtrat metabolik baik, dalam kondisi aerob maupun anaerob. Energi dalam jumlah besar dapat dihasilkan hanya dari jalur aerob, yaitu jika ketersediaan oksigen cukup.
“Kondisi hipoksia terbukti menyebabkan kerusakan sel otak dan menurunkan ekspresi protein Ngb pada otak. Untuk meningkatkan ketahanan kinerja otak tentunya dibutuhkan pemenuhan energi yang adekuat. Hal ini dapat terpenuhi jika ketersediaan glukosa dan oksigen cukup," kata Ninik saat menyampaikan orasi ilmiah pengukuhan gur besar berjudul “Peran Neuroglobin untuk Meningkatkan Ketahanan Kinerja Otak dalam Rangka Menciptakan Sumber Daya Manusia Indonesia yang handal” dalam keterangan tertulis, Selasa, 22 Agustus 2023.
Dia menyebut ketersediaan oksigen tidak terlepas dari peran protein Ngb, yaitu sebagai protein yang memasok kebutuhan oksigen di otak. Maka dari itu kondisi hipoksia pada otak harus dihindari.
"Jika terjadi gangguan atau penyakit yang mengakibatkan hipoksia pada otak harus dilakukan upaya untuk mengatasi keadaan tersebut,” ujar Ninik.
Ninik menjelaskan hemoglobin (Hb) merupakan hemoprotein yang berperan menangkap oksigen untuk diedarkan ke seluruh sel yang membutuhkan. Sedangkan, mioglobin (Mb) berada di otot berperan untuk menyimpan oksigen sebagai cadangan persediaan oksigen untuk produksi energi sel otot.
Hemoglobin dan mioglobin sudah dikenal sejak beberapa abad yang lalu, yaitu protein golongan globin atau juga disebut sebagai hemoprotein. Dia menyebut dua protein golongan globin baru telah ditemukan, yaitu Neuroglobin (Ngb) dan Sitoglobin (Cygb) yang mempunyai struktur heksakoordinasi.
Ngb merupakan suatu protein golongan globin ketiga dengan struktur berupa monomer hemoprotein seperti mioglobin (Mb) dengan berat molekul 16 kDa. Menurut Burmester dan Hankeln, Ngb dapat berperan meningkatkan pasokan O2 ke mitokondria pada neuron yang aktif metabolisme; dan mencegah kerusakan neuron oleh pengaruh ROS/RNS yang dihasilkan oleh rantai pernapasan pada saat respirasi sel.
Lalu, berperan untuk detoksifikasi pengaruh buruk dari perubahan nitrogen oksida (NO) menjadi nitrat (NO3-) sebagai sinyal untuk mengendalikan tekanan darah pada keadaan hipoksia; Ngb bagian dari jalur transduksi sinyal yang menghambat disosiasi GDP-GαGβ? menjadi GDP-Gα dan Gβ?; dan Ngb merupakan bagian dari suatu reaksi redoks yang mereduksi sitokrom c.
Penelitian awal yang dilakukan Ninik menggunakan tikus sebagai hewan coba diberi perlakuan hipoksia sistemik kronik dalam sungkup hipoksia. Hipoksia sistemik kronik dibuat dengan cara mengalirkan gas dengan komposisi O2:N2 = 10%:90% pada tekanan 1 atmosfer, selama 1, 3, 5, 7 dan 14 hari.
Hasil penelitian ini menunjukkan keadaan hipoksia selain memengaruhi keutuhan sel neuron terbukti juga menurunkan ekspresi protein Ngb.
Penelitian berikutnya yang berkaitan dengan ekspresi protein Ngb adalah penelitian pada pasien strok. Sampai sekarang, strok masih menjadi masalah kesehatan yang serius di Indonesia.
Strok merupakan penyebab utama kematian pada pasien rawat inap, juga merupakan penyebab cacat fisik atau disabilitas mental pada usia produktif dan lanjut usia. Perdarahan intraserebral spontan nontraumatik (supratentorial Intracerebral Hemmorrhage/ sICH) adalah salah satu penyebab strok hemoragik penyebab morbiditas dan mortalitas yang bermakna di seluruh dunia.
Hasil dari penelitian ini didapatkan rasio relatif mRNA Ngb jaringan otak subjek strok meningkat 0,025 dibandingkan dengan mRNA darahnya. Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan ekspresi Ngb meningkat pada kondisi hipoksia/iskemia.
Penelitian dilanjutkan dengan mendeteksi dan mengukur protein Ngb di cairan serebrospinalis (CSS). Hasil penelitian lanjutan diharapkan dapat melengkapi gambaran kadar protein Ngb plasma, CSS, dan jaringan otak subjek strok.
Hasil dapat membuktikan pada pasien strok hemoragik sICH, protein Ngb terdeteksi dan dapat diukur baik di dalam plasma, CSS, dan jaringan otaknya.
Profil Ninik Mudjihartini
Prof. dr. Ninik berhasil menamatkan pendidikan kedokterannya di Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro pada 1985. Kemudian, ia melanjutkan pendidikan S2 Ilmu Biomedik di FKUI pada 1997 dan masih di kampus yang sama ia berhasil mendapatkan gelar doktornya pada 2015 dalam Ilmu Biomedik.Beberapa karya ilmiahnya yang telah dipublikasikan dalam lima tahun terakhir, di antaranya Effect of Centella asiatica administration on NT-3 and CDKN2A levels in adults rat brains (2022); Isolation and characterization of neuroglobin and the reducing enzyme metneuroglobin (Neuroglobin Fe3+) from bovine brain tissue (2022); Kadar neuroglobin dan sitoglobin dalam plasma cairan serebro spinalis dan jaringan otak pasien strok hemoragik (2022); Comparing the effect of Centella asiatica L and Acalypha indica L to carbonyl and glutathione level brains of rats (2022); dan The Effects of Centella asiatica and Acalypha indica L. extracts on aging process (2020).
Baca juga: Tingginya Kasus Kanker Serviks di Indonesia Dipengaruhi Rendahnya Cakupan Skrining |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News