Ilustrasi: Medcom
Ilustrasi: Medcom

Studi Harvard: Indonesia Jadi Negara Paling 'Sejahtera' Ungguli Israel dan Inggris

Citra Larasati • 07 Mei 2025 22:01
Jakarta: Sebuah hasil penelitian mengungkapkan bahwa Indonesia adalah negara paling ‘berkembang’ dalam definisi hubungan sosial dan komunitasnya. Studi ini bertujuan untuk mencari tahu faktor penentu suatu kebahagiaan.
 
Survei yang dikutip dari laman dailymail.co.uk tersebut menunjukkan hasil yang tidak terduga karena negara yang sudah maju cenderung berada di peringkat yang rendah. Negara Indonesia dan Israel menduduki peringkat teratas, sementara Inggris hampir berada di peringkat terbawah.
 
Para ilmuwan dari Harvard University telah melakukan survei pada lebih dari 200.000 orang dari 22 negara mengenai kesehatan, kebahagiaan, makna hidup, karakter, hubungan, keamanan finansial, dan kesejahteraan spiritual. Ketujuh variabel ini didefinisikan sebagai aspek dari 'berkembang' oleh para peneliti.  

Hasilnya menunjukkan, orang-orang yang tinggal di Indonesia adalah yang paling bahagia, diikuti oleh Israel, Filipina, dan Meksiko. Sebaliknya, Amerika Serikat menduduki peringkat ke-12 dalam daftar, sementara Inggris menduduki peringkat ke-20 dari 22 negara. Menurut para peneliti, temuan ini menyoroti pepatah lama yang mengatakan bahwa uang bukanlah segalanya. 
 
“Berkembang itu multidimensi, dan berbagai negara berkembang dengan cara yang berbeda,” tulis tim peneliti dalam studi mereka. “Meski banyak negara maju melaporkan tingkat keamanan finansial dan penilaian hidup yang lebih tinggi dibandingkan negara lain, negara-negara ini sering kali tidak berkembang dalam aspek lain, seperti makna hidup, kepedulian sosial, dan kualitas hubungan.”
 
Beberapa penelitian sebelumnya telah dilakukan untuk mengetahui negara-negara paling bahagia di seluruh dunia, negara Finlandia paling sering menempati posisi teratas. Namun, hingga saat ini, hanya ada sedikit penelitian tentang bagaimana caranya orang-orang dapat berkembang. 
 
Tyler VanderWeele, pemimpin penelitian ini menjelaskan: “Penelitian ini dimaksudkan untuk memperluas pengetahuan kita tentang distribusi dan faktor penentu kebahagiaan di seluruh dunia. Melibatkan 203.000 orang per-negara dari 22 negara yang mencakup enam benua yang berpenduduk. Menurut para ahli, jumlah tersebut mewakili sekitar 64 persen populasi dunia. 
 
Para peserta disurvei dalam tujuh variabel, serta data demografis seperti usia, jenis kelamin, status perkawinan dan pekerjaan, pendidikan, kesehatan, agama, dan riwayat pribadi.   Di antara 22 negara yang berpartisipasi, Indonesia, Meksiko, dan Filipina melaporkan tingkat kesejahteraan tertinggi.
 
Baca juga:  Peneliti BRIN Ungkap Potensi Penggunaan AI untuk Pengendalian Malaria di Indonesia

Hasilnya menunjukkan bahwa Indonesia menduduki peringkat teratas, dengan skor perkembangan sebesar 8,3. Diikuti oleh Israel (7,87), Filipina (7,71), Meksiko (7,64), dan Polandia (7,55).   Meskipun Indonesia bukanlah negara terkaya, Indonesia menempati peringkat tinggi dalam hal hubungan dan sifat-sifat pro-sosial, yang mendorong hubungan sosial dan komunitas.  
 
Di sisi lain Jepang, Turki, dan Inggris mencatatkan skor rendah. Dengan masing-masing skor, yaitu Turki (6,32), Inggris (6,79), India (6,87) dan Spanyol (6,9). Jepang ditemukan sebagai negara yang masyarakatnya paling tidak berkembang, dengan skor terendah 5,89. 
 
Jepang lebih kaya dan orang-orangnya hidup lebih lama, namun responden di sana yang menjawab 'ya' pada pertanyaan apakah mereka memiliki teman dekat, berjumlah sangat sedikit.
 
Brendan Case, Direktur Asosiasi untuk penelitian di Human Flourishing Program dan salah satu peneliti studi ini, menjelaskan: “Kami di sini tidak bermaksud mengatakan bahwa hasil-hasil tersebut [terutama aspek kekayaan, umur yang lebih panjang] tidak terlalu penting, atau bahwa kita tidak perlu peduli dengan demokrasi, tidak perlu peduli dengan pertumbuhan ekonomi, dan tidak perlu peduli dengan kesehatan masyarakat”. 
 
“Namun,  hasil penelitian ini menarik untuk mempertimbangkan bahwa Studi Berkembang Global menimbulkan beberapa pertanyaan penting tentang potensi pengorbanan yang terlibat dalam proses tersebut”.
 
Hasil penelitian ini juga menemukan hubungan antara usia dengan perkembangan atau kebahagiaan. Ditemukan peserta yang lebih tua mendapat nilai lebih tinggi daripada responden yang lebih muda. 
 
“Secara rata-rata, ketika dikumpulkan di 22 negara, perkembangan pada dasarnya datar seiring bertambahnya usia hingga usia 18-49 tahun dan kemudian meningkat seiring bertambahnya usia,” jelas para peneliti. 
 
“Hal ini sangat kontras dengan penelitian sebelumnya-yang sebagian besar berfokus pada kepuasan hidup/evaluasi-yang menunjukkan pola berbentuk U yang lebih dramatis seiring bertambahnya usia.
 
Temuan ini menimbulkan pertanyaan penting bagi kemajuan masyarakat di masa depan, menurut para peneliti. “Apakah kita cukup berinvestasi untuk masa depan mengingat adanya gradien usia yang berkembang pesat dengan kelompok termuda yang sering kali bernasib paling buruk?” tanya mereka. 
 
“Dapatkah kita melakukan pembangunan ekonomi dengan cara yang tidak mengorbankan makna dan tujuan serta hubungan dan karakter, mengingat banyak negara maju secara ekonomi tidak bernasib baik dalam hal ini?
 
Para peneliti menarik sebuah pertanyaan dari hasil penelitian, apakah dengan pembangunan ekonomi dan sekularisasi, kadang-kadang manusia mengabaikan, atau bahkan menekan, jalan spiritual yang kuat untuk berkembang? “Jika masyarakat pada akhirnya ingin berkembang, pertanyaan-pertanyaan tentang usia, perkembangan, dan dinamika spiritual perlu dipertimbangkan,” jelas peneliti. (Alfi Loya Zirga)
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan