Pola di dalam kawah Mars. DOK livescience/NASA/JPL-Caltech/UArizona
Pola di dalam kawah Mars. DOK livescience/NASA/JPL-Caltech/UArizona

Gelombang Mirip Tetesan Cat di Dinding Ditemukan di Mars

Renatha Swasty • 08 Mei 2025 14:35
Jakarta: Sebuah penemuan baru berupa tanda ‘seperti cat yang menetes di dinding’ ditemukan di permukaan planet Mars. Pola misterius ini terdeteksi oleh satelit Mars NASA yang digunakan untuk meneliti iklim pada planet tersebut.
 
Temuan pola tanah yang mirip dengan gelombang pada planet Mars ini tampak mirip dengan pola yang ditemukan di daerah pegunungan dingin di Bumi. Temuan ini dapat membantu ilmuwan untuk lebih memahami sejarah iklim Planet Merah dan mencari tanda-tanda kehidupan.
 
Dikutip dari laman livescience.com, peneliti mempublikasikan temuan mereka secara online pada 26 Maret di jurnal Icarus. Studi baru mengatakan citra satelit beresolusi tinggi telah menemukan pola seperti cat yang menetes di Mars yang sama dengan pola yang ditemukan di Bumi.

Pola tanah yang mirip itu menunjukkan Mars dan Bumi dibentuk oleh kekuatan yang sama. Di Bumi, pola-pola tersebut terbentuk di lereng daerah pegunungan yang dingin, di mana tanah membeku dan mencair sepanjang tahun.
 
Apabila Mars pernah memiliki kondisi es dan basah yang sama, maka pola-pola ini bisa menjadi tempat yang tepat untuk mengeksplorasi peran cairan air dalam membentuk Planet Merah dan potensinya untuk menyimpan tanda-tanda kehidupan.
 
“Memahami bagaimana pola-pola ini terbentuk menawarkan wawasan berharga tentang sejarah iklim Mars, terutama potensi siklus pembekuan dan pencairan di masa lalu, meskipun lebih banyak penelitian diperlukan untuk mengetahui apakah fitur-fitur ini terbentuk baru-baru ini atau sejak lama,” kata peneliti John Paul Sleiman, seorang mahasiswa doktoral di Departemen Ilmu Bumi dan Lingkungan University of Rochester, New York.
 
Di Bumi, pola tanah seperti ini dikenal sebagai lobus solifluksi. Lobus terbentuk ketika selembar tanah beku mencair dan mengendur sebagian, menyebabkan tanah merayap menuruni bukit.
 
Baca juga: Ilmuwan Ungkap Berbagai Cara Sesuaikan Atmosfer Mars Seperti Bumi

Efeknya menciptakan pola seperti gelombang di sisi bukit daerah dingin. Mars berada lebih jauh dari matahari dibandingkan dengan Bumi dan biasanya jauh lebih dingin, tetapi lobus Mars hanya terjadi di lintang tinggi.
 
Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan daerah lintang tinggi Mars mungkin pernah mengalami kondisi beku-cair dalam sejarah iklim planet ini, yang dapat menjelaskan mengapa Mars memiliki lobus serupa. Namun, masih banyak pertanyaan yang belum terjawab seputar lobus Mars, termasuk mengapa lobus Mars tampak jauh lebih besar ketimbang lobus di Bumi, demikian menurut penelitian tersebut.
 
Dengan menganalisis citra satelit beresolusi tinggi dari permukaan Mars yang diambil oleh kamera HiRISE di atas pesawat Mars Reconnaissance Orbiter milik NASA. Menurut suatu pernyataan, tim peneliti melihat bentang alam yang menyerupai gelombang itu mengikuti pola geometris dasar yang sama dengan di Pegunungan Rocky di Bumi, Kutub Utara, dan wilayah pegunungan dingin lainnya.
 
Rachel Glade, salah satu peneliti lainnya sekaligus asisten profesor di Departemen Ilmu Bumi dan Lingkungan Universitas Rochester, menyamakan bentang alam tersebut dengan pola yang terlihat pada cairan. Pola-pola ini “besar, bergerak lambat, dan berupa butiran yang mirip dengan pola umum yang ditemukan pada cairan sehari-hari, seperti cat yang menetes di dinding,” kata Glade dalam pernyataan tersebut.
 
Tim juga mengonfirmasi lobus di Mars lebih besar ketimbang di Bumi, rata-rata sekitar 2,6 kali lebih tinggi. Untuk menjelaskan hal ini, mereka mengajukan gagasan Mars memiliki lobus lebih tinggi karena gravitasinya lebih lemah, yang memungkinkan gelombang akumulasi sedimen tumbuh lebih tinggi sebelum runtuh, menurut penelitian tersebut.
 
Temuan ini memperkuat dugaan sebelumnya lobus Mars berkaitan dengan es di permukaannya, dengan pola-pola yang mirip seperti yang diharapkan dari ketidakstabilan yang mirip fluida atau cairan. Namun, para peneliti tidak dapat memastikan air cair terlibat hanya berdasarkan dari data satelit.
 
Para peneliti menyarankan agar eksperimen laboratorium di masa depan dapat mengeksplorasi apakah es dan air cair diperlukan untuk dapat membentuk pola bergelombang tersebut.
 
“Pada akhirnya, penelitian ini dapat membantu kita mengidentifikasi tanda-tanda lingkungan masa lalu atau masa kini di planet lain yang dapat mendukung atau membatasi potensi kehidupan,” ujar Sleiman. (Alfi Loya Zirga)
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan