Dosen Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada (UGM), Dwi Sendi Priyono. DOK UGM
Dosen Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada (UGM), Dwi Sendi Priyono. DOK UGM

Dosen UGM Terpilih Jadi Anggota Ahli Forensik Satwa Liar Internasional SWFS

Renatha Swasty • 23 Agustus 2024 11:13
Jakarta: Dosen Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada (UGM), Dwi Sendi Priyono, terpilih sebagai anggota penuh pertama dari Indonesia di Society for Wildlife Forensic Science (SWFS). Ini adalah organisasi internasional untuk ilmu forensik satwa liar.
 
Sendi berharap dengan keanggotaan penuhnya ini dapat memperkuat penanganan kejahatan satwa liar di Indonesia. Selama ini, Indonesia dikenal sebagai rumah bagi keanekaragaman hayati yang luar biasa namun juga menjadi pusat perdagangan satwa ilegal.
 
Ahli DNA forensik satwa liar itu menuturkan dengan keanggotaan ini juga bisa membawanya berkolaborasi dengan ahli internasional. Hal ini untuk mengembangkan metode lebih efektif dalam menangani kejahatan satwa liar dan mendukung upaya pelestarian spesies yang terancam punah di Indonesia.

“Motivasi utama saya bergabung dengan SWFS adalah untuk memperluas jaringan profesionalnya dan mengakses pengetahuan terbaru dalam bidang forensik satwa liar, khususnya dalam pendekatan DNA,” kata Kepala Laboratorium Sistematika Hewan di Departemen Biologi Tropika UGM itu dikutip dari laman ugm.ac.id, Jumat, 23 Agustus 2024.
 
Dia menuturkan posisi Indonesia yang menjadi pusat megabiodiversitas dunia membuat tantangan penanganan kejahatan satwa liar semakin kompleks. Menurutnya, perdagangan satwa ilegal seringkali melibatkan barang sitaan yang tidak utuh, sehingga sulit diidentifikasi secara morfologi.
 
“Keterampilan dalam pengujian DNA menjadi sangat penting,” ujar dia.
 
Sendi mengungkapkan menjadi anggota penuh SWFS bukan hal mudah. Dia harus melalui proses seleksi ketat yang melibatkan penilaian terhadap portofolionya dalam bidang DNA forensik satwa liar dan mendapatkan minimal dua rekomendasi dari ahli forensik satwa liar internasional.
 
Tantangan terbesar yang dihadapinya adalah memenuhi standar tinggi yang ditetapkan oleh SWFS. “Keterlibatan saya dalam membantu berbagai kasus dengan pihak seperti Mabes Polri, Badan Intelijen dan Keamanan Polri, serta hasil kerja yang telah dipublikasikan secara ilmiah, akhirnya membantu saya mendapatkan keanggotaan penuh ini,” ungkap dia.
 
Keahlian Sendi dalam teknik identifikasi DNA forensik tidak muncul begitu saja. Sebelum menjadi dosen di UGM, ia telah lama berkecimpung dalam dunia konservasi satwa liar di berbagai NGO.
 
“Teknologi DNA forensik satwa liar sebenarnya bukan hal baru di dunia konservasi secara global, namun belum banyak diadopsi di Indonesia karena keterbatasan SDM dan fasilitas,” beber dia.
 
Sendi ingin memberikan kontribusi ilmiah yang diperlukan dengan latar belakang keilmuan yang dimiliki. Hal itu untuk mendukung tindakan hukum terhadap pelanggaran perdagangan satwa liar di Indonesia.
 
Dia bercerita, ia dan timnya menggunakan teknik DNA forensik untuk menganalisis berbagai bukti forensik dari kasus-kasus satwa liar. “Kami menggunakan teknik DNA untuk mengidentifikasi spesies dan mengkonfirmasi apakah barang bukti tersebut berasal dari spesies yang dilindungi,” jelasnya.
 
Salah satu kasus yang paling berkesan baginya ketika berhasil mengidentifikasi asal geografis gading gajah yang diselundupkan. “Hasil analisis ini berperan krusial dalam proses hukum dan mendukung upaya pelestarian dengan menyediakan bukti ilmiah yang kuat,” ujar dia.
 
Sebagai anggota penuh SWFS, Sendi kini terlibat dalam pengembangan standar forensik satwa liar, berbagi pengetahuan, dan berpartisipasi dalam proyek-proyek global. Ia berencana mengembangkan proyek yang fokus pada pembuatan database forensik satwa liar yang komprehensif di Indonesia, serta meningkatkan kapasitas lokal melalui pelatihan dan workshop.
 
“Kegiatan ini diharapkan dapat memperkuat penegakan hukum dan upaya pelestarian dengan menyediakan alat yang lebih baik untuk analisis forensik,” harap dia.
 
Meskipun menghadapi tantangan besar seperti keterbatasan fasilitas dan teknologi, serta minimnya database DNA satwa endemik, Sendi tetap optimistis tentang masa depan forensik satwa liar di Indonesia. Ia percaya dengan dukungan internasional dan kolaborasi yang semakin kuat, kapasitas lokal dalam menangani kasus-kasus satwa liar akan terus meningkat.
 
“Dukungan dari lembaga internasional dan pengalaman yang saya dapat dari keanggotaan SWFS akan memperkuat upaya pelestarian dan penegakan hukum di Indonesia,” ujar Sendi.
 
Baca juga: Pengamat UGM Nilai Target Nol Emisi Karbon di IKN Sulit Tercapai

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan