"Banyak rapor hasil belajar siswa memang banyak yang tidak tuntas," kata Retno dalam keterangannya, Rabu, 17 Februari 2021.
Retno mengaku melakukan pemantauan pada beberapa sekolah di Cimahi, Jawa Barat. Dia mengatakan saat hasil pembelajaran dalam nilai rapor tidak tercapai, pihak sekolah mesti memanggil orang tua.
"Agar para wali kelas dapat memberikan masukan kepada orang tua siswa terkait pendampingan PJJ di rumah," terang dia.
Adapun yang membuat hasil belajar para pelajar menurun, kata dia, yakni masalah alat belajar daring, kuota internet, dan wilayah blank spot atau tidak adanya jaringan internet. Dari keterangan yang diperoleh KPAI, ada sekitar 633 siswa SMP di kota Cimahi yang tidak memiliki alat daring.
"Status kepemilikan handphone siswa SMP di kota Cimahi mayoritas adalah milik siswa sendiri sebanyak 18.048 dan 2.508 handphone milik orang tua dan 633 tidak memiliki handphone maupun alat daring yang lain," jelas Retno.
Baca: Pembelajaran Tatap Muka, Dua Guru di Padang Terpapar Covid-19
Beruntung, kata Retno, Dinas Pendidikan Kota Cimahi dan para guru di Kota Cimahi yang tetap melayani peserta didik yang kesulitan PJJ daring. Di antaranya dengan guru kunjung dan orangtua diminta mengambil soal dan materi ke sekolah.
"Bahkan ada guru yang bersedia ke sekolah setiap hari untuk mengajari tiga siswanya di sekolah karena tidak memiliki alat daring. Mungkin masih ada banyak kendala, namun ada upaya untuk meminimalkan," beber Retno.
Selanjutnya, KPAI berencana melakukan pengawasan langsung pada 24 dan 25 Februari ke beberapa sekolah di Kota Cimahi. Agar permasalahan pencapaian hasil belajar yang berpotensi membuat pelajar tidak naik kelas, bisa diselesaikan.
"Yang secara bertahap diharapkan mampu mengatasi permasalahan PJJ dengan segala keterbatasan yang ada," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News