“Yang paling penting adalah bukan sekadar peringatan, tetapi bagaimana aplikasinya di antara peringatan ke peringatan berikutnya,” kata Ganjar dikutip dari laman unpad.ac.id, Selasa, 21 Februari 2023.
Ganjar mengatakan peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional seharusnya menjadi refleksi apakah setiap tahun terjadi peningkatan penutur bahasa ibu atau tidak. Dia menuturkan bila tidak menunjukkan peningkatan, diperlukan upaya lain yang lebih dari sekadar seremonial peringatan untuk menyadarkan masyarakat akan pentingnya melestarikan bahasa ibu.
Dia menyebut Unpad menjadi perguruan tinggi yang berkomitmen melestarikan bahasa ibu. Salah satunya, menggelar Pasanggiri Tarucing Cakra setiap tahun pada 2008–2011, serta dihidupkan kembali pada 2020 dan rutin digelar setiap tahun. Kegiatan ini banyak diikuti pelajar maupun masyarakat umum.
“Jadi, masih ada harapan (bahasa ibu bisa lestari) kalau kita membuat sesuatu yang terarah, terprogram, dan terencana,” ujar dia.
Selain itu, Unpad juga membentuk Pusat Digitalisasi dan Pengembangan Bahasa Sunda. Pusat ini menjadi lembaga khusus Unpad untuk menginventarisasi kekayaan budaya tulis, audio, dan visual milik masyarakat Sunda.
Lembaga ini juga mengolahnya ke dalam bentuk digital. Sejak didirikan pada 2019, sampai saat ini telah lebih dari 750.000 halaman telah didigitalisasi.
“Dikhawatirkan jika sewaktu-waktu bahasa Sunda hilang, tetapi lumayan kalau ada data digitalnya,” ujar dia.
Ganjar menyebut agar bahasa ibu tetap lestari, perlu beragam upaya masif. Dia menyebut jangan hanya sekali menyelenggarakan program, setelah itu terhenti.
"Istilahnya, jjangan berharap panen kalau tidak menanam. Kita mengharapkan bahasa Sunda bakal ada terus tetapi tidak ada upaya apa-apa,” tutur Ganjar.
Baca juga: Sejarah Hari Bahasa Ibu Internasional |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News