Hari Bahasa Ibu Internasional. Instagram @kemedikbud.ri
Hari Bahasa Ibu Internasional. Instagram @kemedikbud.ri

Sejarah Hari Bahasa Ibu Internasional

Renatha Swasty • 21 Februari 2023 10:49
Jakarta: Bahasa merupakan aspek penting dalam berkomunikasi sehari-hari. Beragamnya bahasa di dunia penting untuk terus dilestatikan.
 
UNESCO menetapkan 21 Februari sebagai Hari Bahasa Ibu Internasional. Penetapan ini untuk menyadarkan pentingnya keberagaman budaya dan bahasa.
 
Tahun ini, tema peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional ialah Pendidikan multibahasa-suatu keharusan untuk mengubah pendidikan (Multilingual education-a necessity to transform education").

Bagaimana bisa ditetapkan Hari Bahasa Ibu Internasional? Berikut sejarahnya dikutip dari laman Instagram @kemdikbud.ri:
 
Peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional berawal dari pengakuan internasional terhadap Hari Gerakan Bahasa yang dirayakan di Bangladesh. Resolusi bahasa internasional ini diusulkan oleh Rafiqul Islam, seorang pendidik dan cendekiawan asal Bangladesh yang tinggal di Vancouver, Kanada.
 
Pada 9 Januari 1998, Rafiqul Islam menulis surat kepada Kofi Annan, sekretaris jenderal PBB ketika itu, dan memintanya mengambil langkah untuk menyelamatkan bahasa dunia dari kepunahan dengan mendeklarasikan Hari Bahasa Ibu Internasional atau International Mother Language Day.
 
Selanjutnya, pada 17 November 1999 dalam sidang Konferensi Umum UNESCO, 21 Februari ditetapkan sebagai Hari Bahasa Ibu Internasional. Tanggal itu dipilih karena bertepatan dengan peristiwa pembunuhan dalam memperjuangkan bahasa Bengali di Dhaka, Bangladesh pada 1952.

Perjuangan bahasa Bengali di Dhaka, Bhangladesh

Dikutip dari laman bpk.penabur.or.id, gagasan awal untuk merayakan Hari Bahasa Ibu Internasional merupakan inisiatif dari Bangladesh. Ketika Pakistan dibentuk pada 1947, terdapat dua bagian geografis yang dipisahkan oleh India, yaitu Pakistan Timur (saat ini dikenal sebagai Bangladesh) dan Pakistan Barat (saat ini dikenal sebagai Pakistan).
 
Kedua bagian tersebut sangat berbeda satu dengan yang lainnya dalam budaya, bahasa, dan sebagainya. Pada 1948, Pemerintah Pakistan mendeklarasikan bahasa Urdu sebagai satu-satunya bahasa nasional Pakistan.
 
Meskipun, bahasa Bengali atau Bangla digunakan oleh mayoritas orang yang menggabungkan Pakistan Timur dan Pakistan Barat. Oleh karena itu, rakyat Pakistan Timur memprotes karena mayoritas penduduk di Pakistan Timur menggunakan bahasa Bangla sebagai bahasa ibu mereka.
Rakyat Pakistan Timur menuntut agar bahasa Bangla dijadikan setidaknya salah satu bahasa nasional selain Urdu. Permintaan tersebut pertama kali diajukan oleh Dhirendra Nath Datta dari Pakistan Timur pada 23 Februari 1948 di Majelis Konstituante Pakistan.
 
Pemerintah Pakistan melarang pertemuan publik dan unjuk rasa untuk membubarkan protes tersebut. Namun, perjuangan tak berhenti.
 
Mahasiswa Universitas Dhaka mengatur rapat-rapat umum dengan dukungan masyarakat umum. Pada 21 Februari 1952, polisi melepaskan tembakan terhadap demonstran.
Akibatnya, beberapa mahasiswa tewas dan ratusan masyarakat lainnya terluka. Ini merupakan kejadian langka dalam sejarah di mana orang-orang mengorbankan nyawa mereka demi bahasa ibu mereka.
 
Sejak itu, masyarakat Bangladesh merayakan Hari Bahasa Ibu Internasional sebagai salah satu hari tragis mereka. Mereka mengunjungi Shaheed Minar, sebuah monumen yang dibangun untuk mengenang martir dan replikanya untuk mengungkapkan kesedihan, rasa hormat, dan terima kasih kepada mereka. Hari Bahasa Ibu Internasional akhirnya dijadikan hari libur nasional di Bangladesh.
 
Baca juga: Ini Faktor Punahnya Bahasa Daerah di Indonesia

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun Google News Medcom.id.
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan