Ketua PPI Taiwan, Sutarsis mengatakan, salah satu masalah yang kerap muncul dalam rekrutmen mahasiswa kuliah-magang adalah pilihan universitas tujuan sering berubah-berubah tanpa sepengetahuan calon mahasiswa. Hal tersebut diputuskan begitu saja oleh pihak ketiga saat berada di Taiwan tanpa adanya pilihan lain.
Begitu pun dengan pemilihan jurusan yang kerap dikendalikan oleh pihak ketiga. Sehingga jurusan yang dipromosikan pihak ketiga tidak sesuai dengan jurusan yang ada di universitas.
"Hal ini menyebabkan mahasiswa dengan terpaksa mengambil jurusan yang tidak diminati dan tidak sesuai dengan bidang minat di SMA/SMK," ujar Sutarsis, di Jakarta, Senin 7 Januari 2019.
Baca: Pemerintah Diminta Atur Ulang Tata Kelola Kuliah-Magang
Lanjutnya, ada beragam variasi yang sangat besar dalam pembiayaan keberangkatan yang ditetapkan oleh pihak ketiga. Mulai dari Rp10juta hingga Rp40juta.
"Biaya tersebut di antaranya digunakan untuk persiapan bahasa, pengurusan dokumen dan pemberangkatan," paparnya.
Namun, calon mahasiswa tersebut tidak mendapatkan penjelasan yang memadai terkait pembiayaan tersebut. Hal ini, ujar Sutarsis, menunjukkan pihak ketiga menetapkan pembiayaan yang seenaknya dan tidak terkontrol.
Pihak ketiga ini juga sering menjanjikan beasiswa biaya kuliah untuk merayu calon mahasiswa. Namun dalam kenyataannya ditemukan ada kelompok anak yang tidak bisa mendapatkan bantuan belajar seperti yang dijanjikan.
"Biasanya pemberitahuan disampaikan pada saat hari H pemberangkatan di bandara," terang Sutarsis.
Sementara itu, penjelasan mengenai biaya kuliah, sistem pendidikan dan mekanisme magangnya tidak jelas. Begitupun dengan sistem gaji untuk mahasiswa magang.
"Ketidakjelasan tersebut salah satu dampaknya adalah ketidaksiapan/kesulitan finansial," tuturnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News