Arnita Rodelina Turnip, Mahasiswa IPB Penerima BUD Pemkab Simalungun, Sumut, Medcom.id/Citra Larasati.
Arnita Rodelina Turnip, Mahasiswa IPB Penerima BUD Pemkab Simalungun, Sumut, Medcom.id/Citra Larasati.

Wawancara Arnita Rodelina Turnip

Pindah Kampus, dan Jadi Guru Les untuk Biayai Hidup

Citra Larasati • 03 Agustus 2018 22:13
"Jangan takut, kalau benar pasti ada jalannya," kata Arnita Rodelina Turnip, 20 tahun.  Meski tak sampai satu menit kemudian, mahasiswa jurusan Silvikultur, Institut Pertanian Bogor (IPB) itu tiba-tiba ragu, ia mengaku masih waswas dan tak tenang hati, usai statusnya sebagai penerima Beasiswa Utusan Daerah (BUD) Pemerintah Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara dipulihkan.
 
Seperti diberitakan sebelumnya, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Simalungun akhirnya mengembalikan nama Arnita Rodelina Turnip sebagai penerima BUD di IPB.  Setelah ramai dan viral di dunia maya, yang menyebut pemutusan beasiswa Arnita diduga ada kaitannya dengan statusnya yang berpindah kepercayaan.  
 
Lalu apa yang membuat rasa cemas masih menggelayut dalam pikiran sulung dari empat bersaudara ini? Simak perbincangan Medcom.id dengan Arnita saat ditemui di kantor Kuasa Hukumnya, Aldwin Rahadian and Partners, di Jati Padang, Jakarta Selatan, Jumat, 3 Agustus 2018.

T: Bagaimana sebenarnya proses Arnita mendapatkan BUD di 2015 lalu, ada yang menyebut itu karena rekomendasi Bupati Simalungun?
 
J: Itu tidak benar.  Saya mengikuti serangkaian proses, sama dengan pelamar beasiswa lainnya.  Jadi setiap sekolah diminta mengirimkan siswa terbaiknya untuk diseleksi sebagai penerima BUD.  Waktu itu SMA Katolik Asisi mengirim saya untuk didaftarkan.  Karena saya dinilai berprestasi, pernah juara II Olimpiade Sains Nasional (OSN) tingkat Kabupaten Simalungun. Kemudian sekolah merekomendasikan dan mengirim saya.
 
T: Lalu apa yang menyebabkan Pemkab Simalungun menghentikan beasiswa tersebut?
 
J: Sampai detik ini kami pun tidak tahu karena tidak ada alasan akademis yang secara terang benderang disampaikan terkait pemutusan besiswa itu.  Saya juga tidak melanggar satu pun isi perjanjian yang ada dalam surat perjanjian.  
 
Dalam surat pemutusan beasiswa yang dikirim Dinas Pendidikan Simalungun kepada IPB pun, tidak ditulis penyebab apapun.  Ada empat mahasiswa BUD lain yang juga diputus beasiswanya, tapi semua dicantumkan penyebabnya, seperti DO (drop out) dan lainnya. Tapi di kolom saya hanya di setrip (-) tidak disebutkan apa pun.
 
T: Apa saja isi perjanjian beasiswa tersebut?
 
J: Di antaranya saya harus mencapai Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) minimal 2,5 skala 4,0, tidak melakukan tindak pidana, juga dapat menyelesaikan kuliah paling lama 9 semester.
 
Baca: Beasiswa Mahasiswi Mualaf IPB Akhirnya Dikembalikan
 
T: Lalu bagaimana sampai keluar dugaan bahwa pemutusan tersebut terkait penyebab nonakademis seperti pindah kepercayaan?
 
J: Sejak keluar surat pemutusan itu, Ibu saya kesana-kemari mencari jawaban kenapa sampai beasiswa saya diputus.  Datang ke kepala dinas, tidak direspons, tidak ada juga yang bisa menjelaskan. Ibu juga datang ke rumah sekretaris daerah di jalan Bali, Simalungun.  Jawabannya hanya "Itu sudah titipan bos (bupati)."
 
Kemudian ada beberapa kawan sesama penerima BUD menyampaikan kabar bahwa seorang senior BUD telah melaporkan ke Bupati, bahwa saya sudah menjadi mualaf, kemudian katanya sempat keluar pernyataan "Akan dikeluarkan dari BUD" sebagai respons dari laporan tentang pindah kepercayaan itu. Akhirnya kami menyimpulkan ini karena SARA (Suku, Agama, Ras dan Antar golongan).  Karena sampai sekarang belum juga ada penjelasan tentang alasan pemutusan itu.
 
T: Selama berstatus mahasiswa nonaktif di IPB, apa saja kegiatan Arnita selama ini?
 
J: Saya pindah kuliah ke Universitas Muhammadiyah Dr Hamka (Uhamka).  Di sana, saya ditawari keringanan untuk membayar uang kuliah di Uhamka dan diperbolehkan menyicil. Satu semester sekitar 9,8 juta rupiah.
 
T: Selepas tidak mendapat beasiswa, bagaimana cara Arnita membayar kuliah di Uhamka dan memenuhi kebutuhan sehari-hari?
 
J: Saya mencukupi kebutuhan hidup saya sendiri tidak dapat dari beasiswa ataupun meminta biaya dari orang tua.  Saya mengajar les privat untuk siswa SMP dan SMA. Untuk SMP saya bisa mengajar seluruh mata pelajaran, sedangkan untuk siswa SMA khusus memberi les Kimia.
 
Awalnya saya hanya mengajar anak dari dosen statistik saya di Uhamka karena di mata kuliah statistik saya mendapat nilai A, kemudian dosen saya menawarkan untuk memberi les tambahan untuk anaknya.  
 
Kemudian istri Pak Dosen saya tersebut menilai hasil les yang diberikan  saya kepada anaknya cukup baik, kemudian dipromosikan dari mulut ke mulut ke ibu-ibu lainnya. Alhamdulillah, sekarang saya mengajar les untuk 8 siswa SMP dan SMA.
 
T:  Berapa honor yang diterima dari memberi les?
 
J:  Satu kali pertemuan 120 ribu rupiah untuk siswa SMP dan 150 ribu rupiah untuk siswa SMA. Setiap bulan ada beberapa kali pertemuan per siswanya.  Uang itu saya gunakan untuk menyicil biaya kuliah, biaya tempat tinggal, makan, dan kebutuhan sehari-hari lainnya.
 
T: Bagaimana hubungan Arnita dengan orang tua saat ini?
 
J: Sejak tahu saya mualaf, saya ditarik ke Simalungun.  Kemudian saya kabur karena mau dibaptis lagi.  Belakangan ini sudah mulai ada komunikasi, terutama sejak kami membuat laporan ke Ombudsman.  Sebelumnya, orang tua saya memutus komunikasi.  
 
T: Kasus Arnita kini menjadi viral, bagaimana perasaan Arnita sekarang dalam menerima respons beragam dari publik?
 
J: Senang campur sedih. Senang karena semakin banyak teman yang memberi dukungan terutama di sosial media. Tapi banyak juga yang nyinyir dan mem-bully.
 
T: Di-bully seperti apa?
 
J: Salah satu contohya, ketika saya didampingi Pak Aldwin Rahadian sebagai kuasa hukum, banyak yang mencemooh, ‘Katanya dapat beasiswa karena anak petani miskin, tapi kok mampu menggandeng pengacara kondang.’
 
Beberapa waktu lalu saya ke Malaysia juga banyak yang nyinyir. Ada yang mengatakan, daripada uangnya dibuat pergi ke Malaysia, lebih baik buat bayar kuliah.  Padahal saya ke Malaysia itu karena ikut program pertukaran pelajar, mewakili Uhamka.
 
Tantangan yang saya hadapi setelah menjadi mualaf dan kasus ini mencuat juga tidak ringan, saya dijauhi teman-teman, bahkan dikeluarkan dari grup WhatsApp alumni SMA.
 
T: Bagaimana perkenalan Arnita dengan pengacara Pak Aldwin Rahadian?
 
J: Berawal dari rasa empati dan keprihatinan para alumni IPB terhadap kasus saya.  Kemudian salah satu alumni kebetulan ada yang bekerja di kantor pengacara Pak Aldwin.  Kemudian saya dibawa ke sini, untuk minta dibantu pendampingan hukumnya. Semua murni dibantu oleh Pak Aldwin, tidak bayar, gratis.
 
Baca: Rektor IPB Jamin Arnita Kuliah Lagi
 
T: Setelah ini, apakah sudah bulat kembali kuliah di IPB?
 
J: Ya, saya bulat kembali ke IPB. Menyelesaikan amanah yang diberikan negara kepada saya melalui beasiswa itu.  Saya hanya meminta hak saya, karena BUD itu menggunakan uang negara, bukan uang pribadi pejabat tertentu.  
 
Kalau saya merasa benar, saya yakin pasti ada jalannya.  Meskipun tidak sedikit yang menghina saya karena kasus ini, saya akan maju terus. Saya tidak mau karena nyinyiran sebagian orang, lalu patah semangat dan putus kuliah.
 
T:  Lalu bagaimana perasaan Arnita setelah hak beasiswa dari Pemkab Simalungun dipulihkan?
 
J:  Saya berterima kasih, terutama kepada Ayah dan Ibu, Pemkab Simalungun, Ombudsman perwakilan Sumatera Utara, dan Pak Aldwin Rahadian dan rekan.  
 
Jujur saja senang, tapi masih waswas dan tidak tenang hati. Seperti ada rasa takut beasiswa dikembalikan karena terpaksa dan tidak ikhlas.  Selain itu, belum ada obrolan maupun  kepastian pembiayan ke depannya.
 
Karena yang kemarin dibayarkan baru tunggakannya sebesar Rp55 juta.  Belum ada pembicaraan bagaimana pembayaran beasiswa ke depannya.  
 
Termasuk kejelasan Uang Kuliah Tunggal (UKT) untuk semester depan di IPB sebesar Rp11 juta, uang saku Rp6 juta yang katanya sekarang sudah naik jadi Rp9 juta per semester, dan komitmen Pemkab untuk memenuhi hak beasiswa saya sampai lulus kuliah. Sementara September ini perkuliahan sudah dimulai.
 
T: Setelah lulus dari IPB, apa rencana jangka panjangmu?
 
J: Saya akan kembali ke Simalungun, berkontribusi untuk kampung halaman saya.  Meski sempat kecewa, namun rasa cinta saya terhadap Simalungun lebih besar. Jadi saya akan kembali.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan