Melalui IMEX, Kemendikbudristek ingin memperkenalkan produk musik tradisional Nusantara ke pasar dunia. Caranya, mengundang pelaku industri musik etnik, seperti promotor, produser, pemilik label, direktur kesenian, media, asosiasi, maupun lainnya dari bebagai negara untuk menyaksikan secara langsung.
IMEX diharapkan membuat pelaku musik etnik dunia tertarik dan berminat mengundang grup musik tradisional Indonesia. Sehingga, dapat turut andil dalam festival internasional.
Direktur Perfilman, Musik, dan Media Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek, Ahmad Mahendra, mengatakan IMEX akan semakin menguatkan potensi kemajuan kebudayaan Indonesia khususnya bidang musik etnik. Dia menyebut musik etnik merupakan perhatian utama Kemendikbudristek.
Pihaknya ingin musik etnik selalu dirawat dan dilestarikan. Sehingga memberikan kesempatan dan menunjang musisinya agar mempunyai daya tarik kuat di kancah musik dunia.
“IMEX adalah salah satu wujud nyata kepedulian pemerintah Indonesia untuk pemajuan kebudayaan. Kemendikbudristek ingin musisi etnik nusantara mampu menunjukkan karya terbaiknya ke hadapan pasar dunia,” kata Mahendra dalam keterangan tertulis, Kamis, 25 April 2025.
Mahendra menyebut IMEX berperan besar mempopulerkan kekayaan musik budaya Nusantara ke seluruh negara. Sebab, memiliki keunikan yang dapat menarik perhatian musisi internasional.
IMEX 2024 juga menjadi ajang kedua kerja sama dengan World Music Expo (WOMEX), yakni lembaga pemasaran world music terbesar di dunia yang berpusat di Eropa. WOMEX juga membantu memilih pihak yang menjadi pembeli grup-grup tampil di IMEX.
Grup yang terpilih tampil di IMEX 2024 telah melalui proses seleksi dan penilaian dari Dewan Kurator baik dalam maupun luar negeri. Grup-grup tersebut sebelumnya telah mengikuti proses pendaftaran resmi (open call) dari seluruh Indonesia.
Terdapat 15 grup musik etnik Nusantara yang terpilih unjuk kemampuan pada festival IMEX 2024. Mereka adalah Archa (Ambon-Maluku), Agustian Supriatna Trio (Bandar Lampung-Lampung), Bellacoustic Indonesia (Palangkaraya-Kalimantan Tengah), Damar ART (Banyuwangi-Jawa Timur), De Tradisi (Medan-Sumatera Utara).
Lalu, Dieka (Bandung-Jawa Barat), Epo D’Fenomeno (Jayapura-Papua), Gamelan Gambang dan Going Gede (Gianyar-Bali), Ino dan Warnaswara (Jakarta), Kroncong Sejati (Kediri-Jawa Timur), Sasando Gong (Pulau Rote-Nusa Tenggara Timur), Tardigpada (Palu-Sulawesi Tengah), Walk On Water (Pulau Nias-Sumatera Utara).
Baca juga: 6 Jenis Musik Tradisional Indonesia, Keroncong hingga Tanjidor |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News