Pendiri NII Crisis Center Ken Setiawan. DOK ITB
Pendiri NII Crisis Center Ken Setiawan. DOK ITB

Pendiri NII Crisis Center Ungkap Tahapan Seseorang Jadi Teroris hingga Mencegahnya

Renatha Swasty • 09 Maret 2023 14:14
Jakarta: Radikalisme dan terorisme merupakan ancaman besar yang dapat membahayakan kehidupan bernegara masyarakat hingga mengancam kesatuan bangsa Indonesia.
Pencegahan radikalisme menjadi urgensi sangat besar untuk menyelamatkan kesatuan bangsa Indonesia dan masa depan generasi muda.
 
Pendiri NII Crisis Center, Ken Setiawan, mengingatkan semua pihak mesti peduli pada sekitar. Hal ini untuk memastikan baik teman, keluarga, maupun kenalan tak ada yang terpapar radikalisme dan menjadi teroris.
 
“Orang yang menjadi teroris tidak secara langsung dapat menjadi teroris. Pertama, orang tersebut memiliki rasa antitoleransi, antipancasila, dan antikebinekaan. Kemudian, sisi radikalisme dapat berkembang ketika seseorang memutuskan untuk bergabung ke dalam kelompok radikal dan selangkah lagi menjadi seorang teroris,” ujar Ken dalam Studium Generale KU-4078 Institut Teknologi Bandung (ITB) dikutip dari laman itb.ac.id, Kamis, 9 Maret 2023.

Ken menyebut sifat merasa diri paling benar juga menjadi salah satu bibit dari radikalisme. Sifat ini menjadi hal berisiko terjadi pada lingkungan kampus karena universitas adalah pusat ide dan tempat setiap orang bebas mengekspresikan ide dan pemikirannya.
 
Salah satu gerakan radikalisme yang sempat hidup dalam waktu lama di Indonesia adalah Negara Islam Indonesia (NII). Konsep ini pertama kali muncul pada 1940-an di bawah kepemimpinan beberapa tokoh, seperti Kartosuwiryo dan Sekarmadji Maridjan Kartosuwiryo.
 
Salah satu metode perekrutan anggota NII untuk menarik simpati dan minat masyarakat umum adalah penanaman skeptisme melalui pencarian celah ketidakselarasan dan penyimpangan pemerintahan Indonesia terhadap aturan agama Islam. Melalui penanaman skeptisme ini, NII dapat membuat targetnya berpikir Indonesia menjalankan pemerintahan yang melanggar aturan agama Islam dan tertarik untuk bergabung bersama NII.
 
Selain itu, NII juga kerap memanfaatkan agama kepada targetnya untuk dicuci otak oleh anggota NII.
 
“Metode ini lebih berbahaya lagi jika dipaparkan pada orang yang sudah memiliki pola pikir antikebinekaan karena orang tersebut dapat lebih mudah untuk diajak melakukan radikalisme bahkan terorisme,” ujar Ken.
 
Ken mengatakan pencegahan radikalisme menjadi urgensi sangat besar untuk menyelamatkan kesatuan bangsa Indonesia dan masa depan generasi muda. Dia menuturkan bibit radikalisme bukan hanya berpotensi menimbulkan aksi terorisme, tetapi juga menjadi bahaya besar.
 
Sebab, pemikiran radikalisme yang tidak diaktualisasikan menjadi ujaran kebencian hingga terorisme tidak dapat ditindak secara hukum. Namun, pemikiran yang terus tertanam ini dapat menjadi bom waktu yang dapat meledak kapan pun.
 
Maka dari itu, berbagai langkah preventif harus dilakukan untuk menghentikan penyebaran radikalisme di Indonesia. Ken menjelaskan hal pertama yang harus dilakukan adalah belajar agama Islam dengan benar kepada guru yang benar agar tidak terpapar ajaran Islam yang menyimpang.
 
Lalu, kenali modus pendekatan anggota NII dan kelompok radikalisme lain agar dapat menjauh, meningkatkan pemikiran kritis agar tidak mudah diperdaya, hingga membangun komunikasi yang baik antara orang tua dan anak. Selain itu, kini hadir Lembaga Pusat Rehabilitasi Korban Negara Islam atau NII Crisis Center yang bergerak untuk mencegah dan menanggulangi terjadinya pemaparan radikalisme di Indonesia.
 
Lembaga Pusat Rehabilitasi Korban Negara Islam Indonesia adalah lembaga resmi yang sudah memiliki Surat Keterangan Terdaftar (SKT) dari Dirjen Kesbangpol Kemendagri, Badan Kesbangpol Provinsi DKI Jakarta, dan Kesbangpol Kota Administrasi Jakarta Selatan. Pembentukan NII Crisis Center merupakan perwujudan dari tanggung jawab moral anak bangsa karena melihat korban yang terus berjatuhan dari kalangan muda akibat perekrutan gerakan radikal.
 
NII Crisis Center bergerak mencegah penyebaran radikalisme melalui berbagai medium. Mulai dari sosialisasi, seminar, pelatihan, pengabdian dan konsultasi, rehabilitasi, dan deradikalisasi.
 
“NII Crisis Center memiliki visi terwujudnya masyarakat Indonesia yang aman damai tanpa ideologi radikalisme berbasis agama serta aliran sesat. Dengan mengemban misi memperkuat dan membangun solidaritas terhadap nasib anak bangsa agar tidak terpengaruh oleh aliran sesat yang dilakukan oleh gerakan radikal,” ujar Ken.
 
Baca juga: Kemenhan Ingatkan Ancaman Intoleransi di Perguruan Tinggi Umum Nyata

 
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news medcom.id
 

 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan