Direktur Bela Negara Kementerian Pertahanan Brigjen (TNI) Sarwono. DOK Kemenag
Direktur Bela Negara Kementerian Pertahanan Brigjen (TNI) Sarwono. DOK Kemenag

Kemenhan Ingatkan Ancaman Intoleransi di Perguruan Tinggi Umum Nyata

Renatha Swasty • 05 Desember 2022 16:33
Jakarta: Direktur Bela Negara Kementerian Pertahanan Brigjen (TNI) Sarwono menyebut Perguruan Tinggi Umum (PTU) menjadi sasaran dan target penyebaran paham intoleransi dan esktremisme. Dia menyebut berdasarkan berbagai asesmen dan kajian bermacam lembaga, indikasi intoleransi dan ekstremisme tersebut terpenuhi dan nyata ditemui.
 
"Perguruan Tinggi Umum (PTU) menjadi sasaran yang dipandang penting dan strategis untuk penyebaran paham intoleransi oleh pengusung ideologi transnasional radikal. Jadi, ancaman intoleransi itu nyata di PTU," kata Sarwono dalam launching Gerakan Mahasiswa Moderasi Beragama dan Bela Negara di Universitas Indonesia Depok dikutip dari laman kemenag.go.id, Senin, 5 Desember 2022.
 
Sarwono menyampaikan temuan BNPT Tahun 2018 menunjukkan 39 persen mahasiswa di tujuh perguruan tinggi negeri terpapar paham intoleransi. "Harus disadari, fenomena ini terus berjalan dan bergerak mencari mangsanya," tutur dia.

Sarwono menyebut hal yang terjadi di lapangan memperkuat afirmasinya. Misalnya, seorang mahasiswa PTU diduga kuat terlibat dalam aksi pengumpulan dana untuk membantu Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di Indonesia.
 
Dalam aksi tersebut, selain untuk penggalangan dana, media sosial digunakan oknum tersebut untuk propaganda ideologi radikal. Dalam kaitan fenomena itu, Rektor Universitas Indonesia, Ari Kuncoro, memberikan pandangannya.
 
"Perkembangan media sosial dan internet pada gilirannya justru turut membawa informasi-informasi yang eksesif dan menimbulkan polarisasi di masyarakat," tutur dia.
 
Ari menuturkan teknologi yang awalnya diharapkan menjadi lentera ilmu dan media diseminasi pengetahuan, saat ini justru menjadi media penyebaran hoaks, fitnah, dan ujaran kebencian yang mengancam persatuan.
 
"Di tengah arus deras globalisasi dan percaturan ideologi dunia, tampaknya masyarakat merasa semakin resah dan kian membutuhkan pegangan dalam kehidupan sehari-hari. Agama dipandang mampu menawarkan pedoman dalam menghadapi realitas sosial yang abu-abu, di mana batas antara yang benar dan yang salah itu semakin kabur," tutur dia.   
 
Perkembangan teknologi informasi tersebut pada dasarnya merupakan dinamika peradaban bermata dua. Hari ini, kita tengah mengalami kemewahan dalam bentuk perkembangan teknologi.
 
"Kontribusi teknologi informasi dalam menunjang hajat hidup manusia sungguh besar dan menentukan banyak hal," jelas Direktur Jenderal Pendidikan Islam Muhammad Ali Ramdhani.
 
Sayangnya, teknologi informasi juga dapat mendorong informasi yang tidak sehat. Bahkan memproduksi kebohongan.
 
"Padahal, kebohongan yang konsisten disampaikan pada akhirnya dapat dinilai sebagai kebenaran," kata Dhani.
 
Dia mengajak silent majority dalam diri mahasiswa PTU untuk bersama melawan hoaks dan ujaran kebencian yang berdaya rusak tinggi terhadap persatuan dan toleransi. Dhani menekankan dua hal utama, pertama mengenai posisi penting Moderasi Beragama dan Bela Negara pada PTU.    
 
"Semua agama pada hakikatnya membawa nilai kasih sayang. Inilah ruang untuk rekonstruksi bersama, di mana Moderasi Beragama dan Bela Negara pada Perguruan Tinggi Umum (PTU) dapat menjadi episentrum penting kemanusiaan," papar dia.
 
Kedua, redefinisi makna konsep diri. Dhani menyebut Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menyatakan ada tiga hal dalam diri manusia yang membuat manusia merelakan diri untuk mengorbankan nyawanya, yakni cinta, agama, dan kemerdekaan.
 
"Ketiganya saat ini perlu diredefinisi karena maknanya sudah banyak dikaburkan kepentingan sesaat. Cinta, agama, dan semangat kemerdekaan harus menjunjung nilai memanusiakan manusia," ujar dia.
 
Dhani mengatakan moderasi beragama memperkokoh nilai keagamaan. Apabila moderat, akan mengajak bukan mengejek.
 
"Oleh karena itu, Gerakan Moderasi Beragama dan Bela Negara (GMBBN) pada PTU ini hadir untuk mengedepankan semangat mencintai secara benar, beragama secara baik, dan bernegara secara kokoh," tutur dia.
 
Baca juga: Perguruan Tinggi Berperan Penting Cegah Ekstremisme di Kampus

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan