Ilustrasi buku. Medcom
Ilustrasi buku. Medcom

Belajar Sejarah: Manipol USDEK, Manifestasi Politik Ala Presiden Soekarno

Renatha Swasty • 09 Januari 2023 20:43
Jakarta: Indonesia pernah beberapa kali menggunakan sistem demokrasi berbeda, salah satunya Demokrasi Terpimpin. Sistem demokrasi ini memiliki satu ciri khas utama, yaitu seluruh kebijakan dan keputusan pemerintah berpusat pada satu pemimpin, Presiden Soekarno.
 
Sistem Demokrasi Terpimpin diterapkan sebagai pengganti dari sistem demokrasi sebelumnya, yaitu Demokrasi Liberal (Parlementer). Pada era itu, Indonesia mengalami ketidakstabilan politik karena ada pergantian kabinet yang terlalu sering sehingga program kerja pemerintah tidak berjalan optimal.
 
Akibatnya, banyak terjadi gerakan separatis di berbagai daerah karena merasa tidak puas dengan kinerja pemerintah. Oleh karena itu, Demokrasi Terpimpin diharapkan bisa memperbaiki kekacauan pada masa Demokrasi Liberal.

Sistem Demokrasi Terpimpin mulai diterapkan sejak 1959 sampai 1965. Selama periode itu, terdapat satu gagasan yang sangat terkenal dan dijadikan sebagai ideologi penguat Pancasila. Gagasan tersebut adalah Manipol USDEK, yaitu manifesto politik yang dirancang langsung oleh Presiden Soekarno.
 
Seperti apa sebenarnya Manipol USDEK? Kenapa Presiden Soekarno ingin gagasannya dijadikan sebagai ideologi tambahan untuk Indonesia? Simak bahasannya dikutip dari laman Zenius:

Latar belakang munculnya gagasan Manipol USDEK

Manipol USDEK muncul ketika Demokrasi Terpimpin sudah menjadi sistem demokrasi di Indonesia. Penggagasnya adalah Presiden Soekarno sebagai pimpinan utama dalam pemerintahan. Manipol USDEK diharapkan dapat menjadi kerangka berpikir yang menguatkan Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia.

Akhir Demokrasi Liberal

Pada masa Demokrasi Liberal terjadi ketidakstabilan politik yang mengakibatkan berbagai konflik pusat maupun daerah. Melihat kesemrawutan di negaranya, Presiden Soekarno pada masa era Demokrasi Liberal hanya sebagai simbol negara, akhirnya turun tangan untuk mengatasi berbagai permasalahan tersebut. Hal ini dimulai dengan dibacakannya Pidato Presiden pada 28–30 Oktober 1956 (era Kabinet Burhanudin Harahap).

Ciri-Ciri Demokrasi Liberal

Pidato tersebut menjadi salah satu alasan bubarnya dwitunggal (Soekarno-Hatta) yang ditandai dengan mundurnya Hatta dari jabatannya sebagai wakil presiden pada 1 Desember 1956. Hal ini dikarenakan kedua tokoh tersebut memiliki pandangan politik sangat berbeda. Hatta percaya pada sistem demokrasi liberal, sementara Soekarno tidak.
 
Oleh karena itu, Hatta semakin kecewa setelah mendengar pidato presiden 1956 dan memutuskan untuk meninggalkan pemerintahan.

Konsepsi Presiden 1957

Setelah kepergian Hatta, Presiden Soekarno mengeluarkan sebuah konsep atau gagasan pemikiran yang sering dikenal dengan Konsepsi Presiden pada 21 Februari 1957. Konsep ini memuat tentang penghapusan Demokrasi Liberal karena menurut Soekarno, sistem ini enggak cocok dengan kepribadian bangsa Indonesia. Ia mengusulkan diterapkannya Demokrasi Terpimpin, yaitu sistem pemerintahan yang ditafsirkan dari sila ke-4 Pancasila.
 
Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan
 
Berdasarkan sila tersebut, pada Demokrasi Terpimpin segala urusan pemerintahan berpusat pada satu pemimpin (dalam hal ini adalah Presiden Soekarno). Sistem ini juga mendorong seluruh golongan sosial Indonesia, yaitu Nasionalis, Agama, dan Komunis (NASAKOM) untuk bekerja sama demi terciptanya musyawarah mufakat dan gotong royong. Tapi pada saat itu, Demokrasi Terpimpin enggak langsung diterapkan begitu saja setelah konsep ini dikemukakan.

Kabinet Djuanda: Kabinet Terakhir Demokrasi Parlementer

Selain itu, Konsepsi Presiden juga mengusulkan pembentukan Kabinet Djuanda (Kabinet Zaken) yang dirancang langsung oleh Presiden Soekarno. Ternyata, kabinet ini cukup efektif menjalankan program-programnya. Salah satu keberhasilan dari kabinet ini adalah adanya Deklarasi Djuanda.
 
Meskipun kepemimpinan Djuanda menuai cukup banyak prestasi, tapi ternyata enggak cukup untuk memperbaiki keadaan pemerintah, baik di pusat maupun daerah yang sudah sangat tidak stabil.
 
Puncaknya terjadi sebuah peristiwa yang dikenal dengan sebutan Tragedi Cikini 1957. Peristiwa ini merupakan percobaan pembunuhan terhadap Presiden Soekarno pada 30 November 1957. Saat itu, Presiden Soekarno sedang menghadiri pesta ulang tahun Perguruan Cikini ke-15. Percobaan pembunuhan dilakukan dengan menggunakan granat tangan.
 
Hal ini menimbulkan banyak korban yang didominasi oleh anak-anak sekolah. Dalang di balik peristiwa tersebut adalah anggota pemberontak Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII), yaitu Jusuf Ismail. Percobaan pembunuhan ini merupakan salah satu contoh pemberontakan terhadap pemerintah akibat kinerja yang dihasilkan tidak cukup memuaskan.
 
Selain itu, Presiden Soekarno sudah terlalu kecewa dengan Dewan Konstituante perihal penyusunan UUD baru yang enggak selesai-selesai. Oleh karena itu, Presiden Soekarno menekankan untuk kembali pada UUD 1945 yang ia perintahkan melalui Dekrit Presiden 1959.

Dekrit Presiden 1959

Pada akhirnya dengan segala pertimbangan, Presiden Soekarno memutuskan mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang memiliki tiga poin utama, yaitu:
  1. Pembubaran Konstituante
  2. Kembali ke UUD 1945
  3. Pembentukan Majelis Permusyawaratan Sementara (MPRS) dan Dewan Pertimbangan Agung Sementara (DPAS)
Keluarnya dekrit ini menandakan berakhirnya demokrasi liberal dan pemerintahan Indonesia beralih ke demokrasi terpimpin. Kemudian, ketika seluruh poin dekrit sudah dilaksanakan, Presiden Soekarno mengeluarkan gagasan untuk ideologi tambahan Indonesia yang dikenal dengan sebutan Manipol USDEK. Apa itu? Simak penjelasan di bawah ini, ya!

Manipol USDEK

Pada dasarnya, gagasan Manipol USDEK merupakan bentuk pertanggungjawaban dari Presiden Soekarno atas Dekrit Presiden yang ia keluarkan. Gagasan tersebut, ia sampaikan dalam pidatonya pada saat pelaksanaan upacara bendera 17 Agustus 1959. Pidato ini berjudul Penemuan Kembali Revolusi Kita.
 
Dalam pidato tersebut, di hadapan Dewan Pertimbangan Agung Sementara (DPAS) serta seluruh masyarakat Indonesia, Presiden Soekarno dengan lantang menyatakan Manipol USDEK sebagai ideologi yang menguatkan Pancasila.
 
Manipol USDEK sendiri merupakan kepanjangan dari Manifesto Politik yang memiliki lima inti sari, yaitu:

1. Undang-Undang Dasar 1945

Undang-Undang Dasar 1945 dijadikan sebagai induk dari segala peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Pada dasarnya, ada empat hal penting yang mengatur UUD 1945, yaitu prinsip kedaulatan rakyat dan negara hukum, pembatasan kekuasaan organ-organ negara, mengatur hubungan antar lembaga-lembaga negara dengan warga negara.

2. Sosialisme Indonesia

Sosialisme Indonesia merupakan sebuah konsep yang menegaskan suatu negara wajib memiliki dasar yang kuat dengan mewujudkan masyarakat mandiri secara ekonomi, mengedepankan budaya, dan berdaulat dalam berpolitik. Hal ini bertujuan agar kehidupan masyarakat menjadi makmur, sejahtera dan berbudaya.

3. Demokrasi Terpimpin

Pada demokrasi terpimpin pusat pemerintahan berada pada pimpinan negara, yaitu Presiden Soekarno.

4. Ekonomi Terpimpin

Berkaitan dengan sistem demokrasi terpimpin, sistem ekonomi terpimpin dalam keputusannya juga dipegang oleh pemerintah pusat. Contohnya, pemerintah pusat berhak menentukan barang
dan jasa yang boleh dan enggak boleh diproduksi di Indonesia.

5. Kepribadian Bangsa Indonesia

Kepribadian bangsa yang sesuai dengan nilai-nilai yang ada di Pancasila.
 
Melalui konsep ini, Presiden Soekarno juga menyampaikan sejak awal bangsa Indonesia memang membutuhkan kerangka berpikir dalam menyukseskan kehidupan berbangsa dan bernegara. Maka, diharapkan Manipol USDEK bisa menjadi kerangka tersebut.

Tujuan Manipol USDEK

Setelah gagasan Manipol USDEK disampaikan kepada seluruh rakyat Indonesia, DPAS mengusulkan ke pemerintah agar konsep ini dijadikan sebuah ketetapan. Selanjutnya, MPRS menetapkan Manipol USDEK sebagai GBHN (Garis Besar Haluan Negara) melalui Tap MPRS Nomor 1 Tahun 1960.
 
Lalu, apa sebenarnya tujuan dari Manipol USDEK?
 
Konsep Manipol USDEK  memiliki makna menjunjung tinggi nilai gotong-royong dan menempatkan kepentingan nasional di atas kepentingan pribadi atau golongan. Nah, oleh karena itu Manipol USDEK bertujuan memperbaiki keadaan Indonesia pasca demokrasi liberal.
 
Pada masa ini banyak partai politik saling menjatuhkan dan berebut kekuasaan sehingga terjadi gonta-ganti kabinet. Makanya, banyak banget masyarakat Indonesia mendukung gagasan Manipol USDEK.
 
Harapannya enggak ada lagi yang menempatkan kepentingan partai (golongan) di atas kepentingan nasional. Selain itu, Presiden Soekarno juga mengatakan gagasan Manipol USDEK merupakan upaya melawan kekuatan neokolonialis, kolonialis, dan imperialis (Nekolim).
  1. Neokolonialis, yaitu penyebaran aktivitas sosial, ekonomi, dan politik oleh mantan penguasa kolonial untuk memperkuat kapitalisme, globalisasi neoliberal, dan penaklukan budaya bekas jajahan mereka. Tujuannya, memastikan koloni yang baru merdeka tetap bergantung pada mereka (mantan penguasa kolonial)
  2. Kolonialis, yaitu penguasaan oleh suatu negara atas daerah atau bangsa lain dengan maksud untuk memperluas negara itu
  3. Imperialis, yaitu sistem politik yang bertujuan menjajah negara lain untuk mendapatkan kekuasaan dan keuntungan yang lebih besar.

Contoh soal

Contoh Soal 1
 
Gagasan Manipol USDEK dikemukakan Presiden Soekarno melalui pidatonya yang berjudul ….
 
A. Tahun Tantangan
B. Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah
C. Penemuan Kembali Revolusi Kita
D. Harapan dan Kenyataan
E. Genta Suara Revolusi Indonesia
 
Pembahasan:
 
Manipol USDEK merupakan sebuah gagasan politik yang digagas oleh Presiden Soekarno yang dijadikan sebagai ideologi atau landasan dasar dalam bernegara. Gagasan Manipol USDEK ini disampaikan oleh Presiden Soekarno melalui pidatonya yang berjudul “Penemuan Kembali Revolusi Kita” pada 17 Agustus 1959.
 
Inti dari pidato tersebut adalah Indonesia harus mengikis unsur-unsur Kolonialisme dalam bentuk apa pun demi terwujudnya Indonesia sebagai bangsa yang maju.
 
Jawaban: C. Penemuan Kembali Revolusi Kita
 
Contoh Soal 2
 
Singkatan “USDEK” dalam gagasan Manipol USDEK Presiden Soekarno terdiri dari beberapa gagasan, kecuali ….
 
A. UUD 1945
B. Sosialisme
C. Demokrasi Terpimpin
D. Ekonomi Terpimpin
E. Komunisme
 
Pembahasan:
 
Manipol USDEK yang merupakan sebuah ideologi di era Demokrasi Terpimpin adalah singkatan dari Manifesto Politik yang memiliki empat poin:
  1. Undang-Undang Dasar 1945
  2. Demokrasi Terpimpin
  3. Ekonomi Terpimpin
  4. Kepribadian Indonesia
Jawaban: E. Komunisme

Penutup

Itulah pembahasan mengenai Manipol USDEK. Semoga membantu yaa.
 
Baca juga: Sejarah Huruf Braille, Berawal dari Titik-Titik Timbul untuk Sandi Perang

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan