Anak-anak peserta lomba aneka permainan di Gebyar PAUD,  MI/Djoko Sardjono.
Anak-anak peserta lomba aneka permainan di Gebyar PAUD, MI/Djoko Sardjono.

Kemenag Rumuskan Kurikulum Raudhatul Athfal

Intan Yunelia • 01 Agustus 2018 21:58
Jakarta: Direktorat Kurikulum Sarana Kelembagaan dan Kesiswaan (KKSK) Madrasah, Kementerian Agama merumuskan kurikulum untuk Raudhatul Athfal (RA).  Hal ini merespon semakin tingginya minat masyarakat terhadap pendidikan anak usia dini (PAUD)
 
“Dalam merumuskan kurikulum khas RA ini, Direktorat KSKK Madrasah melibatkan praktisi pendidikan, guru RA, pengawas, widyaiswara, dan dosen,” kata Direktur KKSK Madrasah, Ahmad Umar dalam siaran pers yang diterima Medcom.id, Rabu, 1 Agustus 2018.
 
Penyusunan kurikulum RA merujuk pada fitrah anak untuk tumbuh dan berkembang.  Kurikulum ini diharapkan bisa menjadi pedoman bersama bagi penyelenggaraan pendidikan RA di seluruh Indonesia.

“Di samping itu juga karakteristik kurikulum RA ini menyiapkan pribadi muslim wasathiyah di tengah keragaman hidup berbangsa, bernegara dan pergaulan internasional,” ucap Ahmad.
 
Di kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Kemenag, Kamaruddin Amin berharap kurikulum RA membentuk karakter anak yang menjunjung tinggi moral.  Di antaranya sifat bertanggung jawab, jujur sesuai dengan sifat keteladanan para nabi.
 
“Di beberapa negara, saya melihat pendidikan moral sudah diajarkan sedari dini, mereka diajari cinta lingkungan dengan praktik sederhana, misal membersihkan kelas, dan lingkungan pendidikan. Saya yakin Kurikulum RA yang disusun ini sangat membimbing,” kata Kamaruddin.
 
Baca: Mendidik secara Efektif Melalui Laboratorium Pendidikan
 
Ada enam kriteria yang diharapkan menjadi topik dalam pembahasan kurikulum. Paling utama aspek perilaku beragama. Anak diajarkan pemahaman tentang aqidah islam, berakhlak karimah, berperilaku beribadah sesuai dengan syariah islam, bermuamalah, serta mengenal sejarah dan kebudayaan islam.
 
Kedua adalah aspek fisik motorik, dan ketiga aspek kognitif. “Anak harus diajarkan memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari dengan cara yang fleksibel,” ucapnya.
 
Sedangkan yang kelima yaitu aspek sosial, emosional, dan keenam adalah aspek seni. “Siswa harus difasilitasi mengeksplorasi diri, berimajinasi dengan gerakan, musik, drama, dan beragam bidang seni lainnya (seni lukis, seni rupa, kerajinan), serta mampu mengapresiasi karya seni,” pungkasnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan