Tiongkok baru-baru ini kembali menjadi perhatian global dengan kasus lonjakan human metapneumovirus (hMPV) yang kabarnya sudah menjangkau Malaysia.
Meskipun belum dikategorikan sebagai pandemi, fenomena ini menimbulkan pertanyaan: mengapa banyak wabah besar berawal dari Tiongkok? Berikut penelusurannya berdasarkan pandangan para ahli dan sejarah.
Wabah Besar yang Berawal dari Tiongkok
Sejarah mencatat bahwa Tiongkok telah menjadi titik awal dari berbagai pandemi mematikan. Salah satu yang paling dikenal adalah Black Death (wabah pes) yang melanda dunia pada abad ke-14, menewaskan hingga 200 juta jiwa.Menurut penelitian yang dipimpin oleh Mark Achtman dari University of Cork, Irlandia, semua tiga gelombang besar wabah pes dunia – termasuk pada abad ke-6 dan ke-19 – memiliki asal-usul dari Tiongkok.
Dalam seratus tahun terakhir, Tiongkok juga menjadi sumber flu Asia pada 1957 dan kemungkinan flu Spanyol pada 1918. Pandemi COVID-19 dan SARS (2002) adalah contoh modern lainnya.
Virus-virus ini sering kali bermula dari interaksi manusia dengan hewan liar di pasar basah atau melalui perdagangan hewan eksotis.
Faktor Geografis dan Ekologi
Tiongkok memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi, termasuk banyak spesies hewan liar yang dapat menjadi reservoir virus. Para ilmuwan percaya bahwa mutasi virus pada hewan-hewan ini sering kali menghasilkan strain baru yang mampu menginfeksi manusia."Ketika mutasi acak terjadi pada virus, strain baru dapat muncul atau virus pada populasi hewan mendapatkan kemampuan untuk menginfeksi manusia," jelas penelitian yang dirilis oleh World Health Organization.
Civet, kelelawar, dan trenggiling adalah beberapa hewan yang sering kali dikaitkan dengan wabah modern seperti SARS dan COVID-19. Di pasar basah, hewan-hewan ini disimpan dalam kondisi sanitasi yang buruk, menciptakan lingkungan yang ideal bagi penyebaran patogen.
Budaya Konsumsi Hewan Liar
Budaya konsumsi hewan liar di Tiongkok menjadi salah satu penyebab utama risiko pandemi. Hewan seperti trenggiling dan musang dianggap sebagai makanan mewah atau obat tradisional."Pasar basah terus ada meskipun ada kekhawatiran soal penyakit dan kebersihan, karena mengonsumsi hewan liar langka dianggap sebagai simbol kekayaan," kata Zhenzhong Si, peneliti dari University of Waterloo.
Setelah pandemi COVID-19, pemerintah Tiongkok melarang perdagangan hewan liar pada Februari 2020. Namun, industri ini sebelumnya bernilai hingga USD 74 miliar setiap tahun, sehingga sulit untuk sepenuhnya diberantas.
Populasi Besar dan Urbanisasi Cepat
Dengan populasi lebih dari 1,4 miliar jiwa, Tiongkok memiliki konsentrasi manusia yang sangat tinggi, terutama di daerah perkotaan.Kepadatan ini mempermudah penyebaran penyakit. Selain itu, urbanisasi yang cepat menciptakan interaksi lebih intensif antara manusia dan satwa liar, yang sebelumnya hidup terisolasi di habitat alami.
Hubungan Global dan Perdagangan
Sebagai salah satu negara dengan aktivitas perdagangan internasional terbesar, Tiongkok memiliki peran besar dalam pergerakan manusia dan barang di dunia. Dalam sejarah, wabah pes menyebar melalui jalur perdagangan darat dan laut.Dalam kasus modern seperti COVID-19, perjalanan udara memainkan peran utama dalam penyebaran virus secara global.
Pelajaran dari Pandemi
Pandemi yang berasal dari Tiongkok mengingatkan pentingnya pengawasan terhadap pasar basah dan perdagangan hewan liar.Langkah-langkah seperti peningkatan kebersihan, pelarangan konsumsi hewan liar, dan edukasi masyarakat sangat penting untuk mencegah pandemi di masa depan.
Seperti yang dijelaskan oleh Zhang Tiewei, juru bicara Kongres Rakyat Nasional Tiongkok, "Ada kekhawatiran yang meningkat di masyarakat tentang konsumsi hewan liar dan bahaya tersembunyi yang ditimbulkannya bagi keamanan kesehatan publik."
Pengalaman sejarah, mulai dari wabah pes hingga pandemi modern, menunjukkan bahwa upaya pengendalian penyakit harus dilakukan secara global.
Dengan belajar dari pengalaman, dunia dapat bekerja sama untuk mencegah wabah besar berikutnya dan melindungi kesehatan global.
Baca Juga:
Apa Itu HMPV? Virus yang Sedang Merebak di Tiongkok
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News