Ilustrasi mudik. DOK Medcom
Ilustrasi mudik. DOK Medcom

Zaman Berubah, Budaya Mudik Tak Lagi Seperti Dulu

Renatha Swasty • 08 April 2025 21:06
Jakarta: Mudik telah menjadi bagian dari budaya masyarakat Indonesia saat hari raya. Namun, Pakar Sosiologi Pedesaan IPB University, Sofyan Sjaf, menyebut tradisi ini sekarang telah jauh berbeda dari dulu.
 
Sofyan menuturkan motivasi utama orang untuk mudik pada masa lalu lebih berakar pada tradisi yang kuat. Dulu, mudik adalah bagian tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat, terutama bagi mereka yang sudah berusia lanjut.
 
“Namun, dengan meningkatnya jumlah usia produktif serta kemajuan teknologi, tradisi ini mulai mengalami pergeseran,” kara Sofyan, Selasa, 8 April 2025.

Saat ini, banyak masyarakat memilih merayakan lebaran di tanah suci atau justru orang tua yang menghampiri anak di perantauan, bukan sebaliknya. Selain itu, biaya dan moda transportasi yang semakin beragam dan terjangkau juga turut mengubah pola mudik di masyarakat.
 
Dia juga menyoroti perubahan dalam cara seseorang menunjukkan kesuksesan saat mudik. Dulu, mudik lebih berorientasi pada silaturahmi dan refleksi perjalanan hidup, kini banyak yang menjadikannya sebagai ajang flexing atau pamer keberhasilan melalui media sosial.
 
“Budaya materialisme saat ini semakin tinggi dan kearifan lokal yang dulu kental dalam tradisi mudik mulai terkikis. Banyak orang kini lebih menonjolkan pencapaian mereka di media sosial dibandingkan nilai-nilai tradisional mudik,” jelas dia.
 
Baca juga: Generasi Muda Mulai Meninggalkan Tradisi Nyekar, Lebih Suka Kirim Doa di Medsos

Sofyan mengatakan juga terdapat perubahan aktivitas pemudik di kampung halaman. Dulu, silaturahmi dilakukan dengan berkunjung dari rumah ke rumah sanak saudara dan tetangga.
 
Sekarang, masyarakat cenderung berkumpul di satu tempat, seperti lokasi wisata atau tempat tertentu untuk mengadakan halalbihalal. Selain itu, budaya sungkeman yang dulunya menjadi ciri khas lebaran juga mulai berkurang, tergantikan oleh komunikasi melalui media sosial.
 
Selain itu, pada masa lalu kendaraan umum menjadi pilihan utama mudik. Saat ini, semakin banyak orang menggunakan kendaraan pribadi, sehingga menyebabkan peningkatan kemacetan di jalur mudik.
 
Dia menekankan budaya mudik memiliki dampak ekonomi signifikan bagi desa. “Mudik mampu meningkatkan daya beli masyarakat dan mendorong perputaran uang di desa. Para pelaku usaha di daerah dapat meraup keuntungan lebih besar selama musim mudik,” tutur dia.
 
Sofyan juga mengingatkantren migrasi dari desa ke kota masih menjadi tantangan besar. Sebab, banyak masyarakat desa masih menganggap kota sebagai pusat aktivitas.
 
“Untuk itu, negara harus fokus menitikberatkan pendekatan cara membangun desa lebih baik dan lebih sistematis agar potensi sumber daya di pedesaan tidak terus berkurang,” tutur dia.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan