"BLU bukan soal pendapatan tapi lebih agile, lebih tangkas karena BLU bisa merekrut orang-orang dari luar pemerintah yang punya kompetensi di bidang itu," kata Direktur Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid di Museum Benteng Vredeburg, Kota Yogyakarta, Kamis, 16 Mei 2024.
Hilmar mengatakan kolaborasi penting untuk pemajuan museum dan cagar budaya. Sebab, tidak semua hal persoalan museum dapat diselesaikan oleh pekerja-pekerja museum.
Dia mengatakan pada BLU prinsipnya boleh mendapatkan pendapatan namun tidak mencari keuntungan. Pada pengelolaan museum dan cagar budaya, pihaknya membuka peluang swasta untuk terlibat mengembangkan kemajuan kebudayaan.
Hilmar menuturkan pada Museum Benteng Vredeburg misalnya, dibuka tenan-tenan makanan dan minuman. Ini bisa menjadi ladang cuan bagi masyarakat sekaligus pendapatan museum.
"Jadi, pemerintah enggak cari untung dengan layanan museum," tutur dia.
Plt Kepala Indonesian Heritage Agency, Ahmad Mahendra, menjelaskan pengelolaan oleh BLU sangat bermanfaat. Sebab, selain mendapat anggaran dari pemerintah tetapi juga boleh menerima dari pihak-pihak lain misalnya swasta.
Selain itu, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) juga bisa langsung digunakan untuk peningkatan pelayanan tak langsung disetor ke negara.
"Misalnya ada layanan di Candi Plaosan, foto-foto prewedding. Kalau dulu disetorkan ke negara hasil PNBP-nya. Kalau jadi BLU, duit itu langsung masuk di kas pemasukan yang akhirnya nanti bisa digunakan untuk yang diperlukan soal restorasi," tutur dia.
Pendapatan itu juga bisa digunakan untuk peningkatan sumber daya manusia, misalnya, menyekolahkan karyawannya. Pihaknya juga memastikan mereka yang tak mampu secara ekonomi bahkan bisa gratis masuk museum.
"Ini bukan sekadar mengejar pendapatan tapi juga aspek sosialnya," tutur dia.
Baca juga: Indonesia Heritage Agency, Upaya Transformasi Museum dan Cagar Budaya Jadi Lebih Hidup |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News