Dosen UNS Mercy Bientri Yunindanova yang tengah sekolah S3 di Jepang. DOK UNS
Dosen UNS Mercy Bientri Yunindanova yang tengah sekolah S3 di Jepang. DOK UNS

Cerita Dosen UNS Mercy Pertama Kali Rasakan Ramadan di Jepang

Renatha Swasty • 04 April 2023 21:37
Jakarta: Ramadan tahun ini menjadi pengalaman pertama Mercy Bientri Yunindanova menjalani puasa di Jepang. Dosen Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta itu tengah melanjutkan studi jenjang Strata 3 (S3) di Osaka University, Jepang.
 
Banyak hal yang terasa berbeda saat menjalani Ramadan di Jepang dengan Indonesia. Apalagi, ini juga tahun pertama Mercy tinggal di Jepang.
 
“Di sini tentunya tidak semeriah atau kurang terasa dibandingkan dengan bulan puasa di Tanah Air. Karena kami (muslim) minoritas di sini, apalagi Jepang terbiasa dengan suasana tenang, jadi kami tidak mendengar azan. Semuanya harus berpatokan pada diri sendiri. Mungkin itu juga yang menjadi challenge atau tantangan beribadah di negara di mana muslim merupakan minoritas,” cerita Mercy dikutip dari laman uns.ac.id, Selasa, 4 April 2023.

Mercy bercerita ritme kerja di Jepang juga tidak ada bedanya antara Ramadan dan bulan-bulan lainnya. Semua orang beraktivitas seperti biasa. Terlebih, ritme kerja di Jepang terkenal disiplin, sehingga tidak ada istilah masuk lebih siang atau pulang lebih awal saat bulan Ramadan.
 
Termasuk, orang-orang non muslim makan dan minum di sekitar yang sedang berpuasa dan hal itu tidak menjadi persoalan. Mercy dan kawan muslim lainnya harus beradaptasi dan mengatur energi untuk memastikan tetap bisa produktif meskipun dalam menjalankan ibadah puasa.
 
“Tapi kami juga cukup bersyukur, orang Jepang saat ini sudah mengenal istilah Ramadan. Jadi, meskipun mereka masih normal aktivitasnya, saat kami menjelaskan kami sedang berpuasa, ketika ada acara dengan makan-makan, mereka akan menempatkan acara itu setelah kami berbuka puasa," cerita Mercy.
 
Dia mengungkapkan kini acara kumpul-kumpul dipindah ke malam hari. Sebelumnmya, ketika mereka tidak menginformasikan soal puasa, biasanya party atau kumpul-kumpul di siang hari.
 
"Jadi, Alhamdulillah mereka bisa menghormati yang sedang kami jalankan dalam bulan Ramadan ini,” tutur Mercy.
 
Sementara itu, terkait waktu puasa di Jepang tidak jauh berbeda dengan di Indonesia. Sebab, saat ini sedang memasuki musim semi.
 
“Kami merasa cukup terberkahi karena bulan Ramadan tahun ini disambut dengan mekarnya sakura, Alhamdulillah. Dan hal yang kami syukuri di musim semi ini, durasi puasanya relatif sama dengan Indonesia. Jadi, waktu subuh itu di sekitar 04.30 waktu Jepang dan kami berbuka sekitar pukul 18.15 waktu Jepang," cerita Mercy.
 
Umat muslim juga tidak kesulitan mencari musala atau masjid. Muslim dari berbagai negara maupun dari Indonesia juga biasa mengadakan iftar atau buka puasa bersama sehingga menjadikan suasana Ramadan lebih terasa.
 
Bahkan, Mercy dan kawan muslim lainnya juga bergiliran memasak atau menyiapkan menu berbuka puasa. Mereka bisa merasakan menu berbuka puasa dari berbagai negara muslim.
 
Meski demikian, tetap ada suasana Ramadan di Tanah Air yang dirindukan. Seperti suara-suara azan di masjid yang tidak bisa ditemukan di Jepang. Namun, dari sana ia bisa memaknai lebih dalam Ramadan di tahun ini.
 
“Saat kita tinggal di Indonesia, kita patut bersyukur dengan kemudahan dalam menjalankan ibadah-ibadah di bulan ramadan, karena lingkungannya sangat mendukung. Selain itu, kami merasa bahwa kami diberi kekuatan. Serta menjadi lebih yakin saat Tuhan memberikan satu ujian, itu sesuai dengan kemampuan umatnya. Jadi lebih yakin, insyaallah kami pasti bisa menjalani ibadah puasa ini di tengah ritme studi di Jepang,” tutur dia.
 
Baca juga: 5 Tahun di AS, Dosen UNS Kangen Ramadan di Tanah Air

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan