"Study tour ini kita perdebatkan output untuk pendidikan itu konteksnya apa? harus jelas kita bicaranya," kata Dede dalam program Kontroversi Metro TV, dikutip Jumat 17 Mei 2024.
Bicara study tour atau karya wisata, kata dia, harus memiliki tujuan di satu lokasi. Sekolah bisa mengantarkan siswanya melakukan project base sosial hingga pendalaman materi di lokasi tujuan.
Study tour yang terjadi saat ini, kata Dede, malah lebih mengedepankan kegiatan jalan-jalan. Atau bahkan lebih tampak seperti liburan.
"Seperti kayak liburan. Sering yang saya dengar itu misalnya dari satu sekolah di Jakarta, study tour-nya harus ke Bali," jelasnya.
Di situ ia melihat study tour kehilangan makna pembelajaran. Bahkan yang terjadi orang tua keberatan dalam membayar perjalanan anaknya.
"Masalahnya adalah dalam kondisi yang wajib tadi, padahal tidak ada hubungannya sama sekali dengan dunia pendidikan," tutup dia.
Baca juga: JPPI: Sekolah Cari Vendor Travel Murah Biar Cuan
|
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News