Mendikbudristek Nadiem Makarim terus menyerukan selogan tersebut. Karenanya, Sekretaris Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah Abdul Mu’ti mengingatkan jika Merdeka Belajar bukanlah sekadar istilah. Mu'ti menyebut, Merdeka Belajar hari ini, belum diartikan secara penuh oleh Kemendikbudristek.
"Merdeka belajar itu dengan pemahaman yang komprehensif, tidak bisa Merdeka Belajar kita comot merdeka saja, tapi perlu lihat substansif, nilai dan filosofi yang menjadi latar dari konsep itu, (jangan) dicabut dari konsep dasarnya dan konteks pendidikannya," kata Mu'ti dalam Webinar Satu Frekuensi PB PGRI, dikutip Jumat, 31 Desember 2021.
Baca: Sejumlah Kebijakan Kemendikbudristek di 2021 Dinilai Tergesa-gesa dan Berujung Polemik
Mu'ti menyatakan pendidikan itu adalah bagian dari cultural sovereignty atau kedaulatan budaya. Lahirnya sistem pendidikan di dalam negeri berasal dari akar rumput masyarakat, dan bukan sekadar kedaulatan politik semata.
"Pendidikan Indonesia itu adalah tumbuh dari bawah, sehingga begitu slogan pendidikan kita itu digagas tokoh nasional kita, salah satunya Ki Hadjar Dewantara," imbuhnya.
Menurut dia, pendidikan Indonesia memiliki keunikan tersendiri dibanding negara lain. Ia mengatakan, pendidikan di Indonesia terbentuk dari proses kesejarahan panjang yang unik. Sistem pendidikan di Tanah Air ini digali dari budaya masyarakat Indonesia.
"Ini yang membedakan sistem di Indonesia dengan negara lainnya, kita beda dengna Amerika Serikat, Australia, beda dengan negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News