Data ini tentu saja menjadi ironi. Ketika penduduk yang notabene mengenyam pendidikan tinggi untuk mendapatkan pekerjaan yang layak justru banyak dari mereka menganggur.
Head of Human Capital dari PT Praweda Ciptakarsa Informatika, Alfeus Nehemia membeberkan sejumlah penyebabnya.
Keterampilan Tak Sesuai Kebutuhan
Alfeus mengungkapkan, sebagai seorang human capital ia kerap kali dihadapkan pada kondisi sulitnya mencari SDM yang kualifikasinya sesuai dengan yang diharapkan. Banyak dari pendaftar menawarkan keterampilan yang tidak relevan atau tidak dibutuhkan oleh perusahaan saat ini.“Kalau kalian bilang susah ya cari kerja, kami sebagai perusahaan juga bilang, susah ya cari karyawan. Akibat adanya mismatch antara keterampilan yang dibutuhkan dan yang tersedia,” ungkap alumnus Ilmu Hubungan Internasional FISIP Universitas Airlangga (Unair) tahun 2009 tersebut, dilansir dari laman Unair, Senin, 20 Juni 2022.
Ekspektasi Penghasilan dan Status Tinggi
Ketika lulus dari perguruan tinggi bergengsi, tak jarang seseorang memiliki ekspektasi tinggi mendapatkan pekerjaan bergaji tinggi dengan mudah. Hal ini membuat beberapa lulusan dari perguruan tinggi bergengsi tersebut terlalu percaya diri dengan melabeli dirinya dengan fresh grade tinggi padahal belum tentu ia memiliki kompetensi yang layak.“Perusahaan enggak hanya melihat almamater sekolahmu saja, namun kita juga melihat kompetensinya seperti apa, layak tidak kita bayar tinggi,” jelasnya.
Terbatasnya Penyedia Lapangan Kerja
Terbatasnya lapangan kerja bukan lagi hal baru yang menyebabkan terjadinya banyak pengangguran. Hal ini diperburuk dengan adanya pandemi covid-19 yang menyebabkan pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran.Hal tersebut menyebabkan jumlah pengangguran tak sebanding dengan lapangan kerja yang ada. “Hampir 29,12 juta penduduk usia kerja terdampak pandemi. Mungkin sudah sedikit recover, namun perlu diingat lulusan baru yang menunggu mendapatkan pekerjaan selalu bertambah tiap tahunnya,” ungkapnya.
Oleh karena itu, lanjutnya, tantangan generasi muda pascapandemi untuk mencari kerja lebih berat. “Karena harus bersaing dengan ribuan orang untuk memperebutkan lapangan kerja yang semakin sedikit,” terangnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News