Meski memiliki keterbatasan fisik, kondisi tersebut tak menghambat Aulia menggapai cita-cita dan pendidikan setinggi mungkin. Aulia merupakan salah satu mahasiswa yang baru saja diterima masuk UGM pada Tahun Ajaran 2022/2023.
Perjuangannya menjalani pendidikan dari tingkat dasar hingga UGM bukan hal mudah. Terlebih, dengan kondisi fisik yang berbeda dengan remaja lain pada umumnya.
Aulia merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Muhammad Syukur dan Mira Susanti asal Jakarta. Putri buruh pabrik kayu ini tidak mengalami kebutaan sejak lahir.
“Saya mulai tidak bisa melihat itu sejak kelas 2 SD,” ungkap Aulia dikutip dari laman ugm.ac.id, Senin, 1 Agustus 2022.
Dia bercerita kebutaan yang dideritanya bermula saat usia 5 tahun. Kala itu, ia mengalami demam cukup tinggi dan ada kesalahan dalam pemberian obat yang mengakibatkan kehilangan kesadaran selama 3 minggu. Begitu tersadar, pengelihatannya sudah tidak bisa berfungsi optimal, semuanya terlihat kabur.
Kondisi tersebut terus berlangsung hingga Aulia duduk di bangku kelas 1 sekolah dasar mulai kehilangan pengelihatan pada salah satu matanya. Kondisi tak kunjung membaik dan hingga akhirnya ia kehilangan pengelihatannya secara total setahun kemudian.
“Saat tidak bisa melihat saya tidak merasa gimana-gimana. Seperti anak kecil pada umumnya, tetap bermain. Bahkan, naik sepeda karena enggak bisa gowes ya pakai kaki aja,” cerita gadis kelahiran Jakarta, 17 Desember 1998 itu.
Karena kondisinya yang sudah tidak bisa melihat lagi, keluarga pada akhirnya memutuskan untuk Aulia berhenti sekolah terlebih dahulu. Sejak 2006, Aulia tidak lagi melanjutkan sekolah untuk fokus menjalani terapi maupun pengobatan.
Beragam upaya telah ditempuh oleh keluarga untuk kesembuhan Aulia, namun belum bisa mendapatkan hasil positif. Akhirnya, keluarga berusaha ikhlas menerima takdir yang telah digariskan oleh Yang Maha Kuasa.
Beruntung, Aulia gadis yang kuat dan tak kenal putus asa. Ia tidak merasa sedih atas kondisi dirinya yang kekuarangan.
Semangat untuk menjalani hidup dan bersekolah layaknya anak-anak lain pada umumnya sangat besar. Dia mulai melanjutkan sekolah di 2014 silam.
Semangat Aulia melanjutkan sekolah patut diacungi jempol. Di tengah keterbatasannya, ia tak ragu sekolah jauh dari ibu kota. Kemauan kuatnya untuk mandiri dan dorongan dari keluarga besarnya akhirnya memantapkan niatnya mencari ilmu hingga ke Yogyakarta.
“Mulai 2014 saya lanjut ke salah satu SLB di Yogyakarta yakni SLB Yaketunis dari bangku SD hingga SMP. Itu awalnya Ayah Ibu kurang setuju karena kan jauh dari rumah, namun om dan tante menyakinkan kami dan buktinya saya berhasil mandiri,” tutur dia.
Lepas bangku SMP, Aulia melanjutkan pendidikan ke SMP negeri. Ia masuk melalui jalur afirmasi bagi penyandang disabilitas dan diterima di SMA N 1 Sewon Bantul.
Selama menjalani masa SMA dia tidak merasa kesulitan berbaur dengan pelajar lainnya. Ia merasa diterima dengan baik dan tidak sedikit teman yang membantunya selama belajar hingga lulus SMA.
Aulia memang anak yang tidak bisa hanya diam berpangku tangan. Selain sekolah, ia juga aktif dalam cabang olahraga Goalball atau bola gawang yang dikhususkan bagi tunanetra.
Lewat Goalball ini sukses menghantarkannya bersama tim meraih sejumlah prestasi. Beberapa di antaranya juara 1 cabang olahraga Goalball dalam Pekan Olah Raga Daerah (PORDA) DIY Tahun 2019 dan juara 3 di Kejuaraan Goalball Tingkat Nasional 2018.
Keinginan untuk mendapatkan pendidikan setinggi-tingginya tetap membara di hati Aulia. Selepas SMA ia memantapkan hati untuk ikut ujian masuk perguruan tinggi melalui jalur UTBK dengan pilihan pertama di UGM, namun gagal.
Tak patah arang, ia kembali mencoba mengikuti ujian lewat jalur CBT UGM. Rupanya hasil tidak mengkhianati usaha, ia diterima di prodi impiannya yakni Sastra Indonesia UGM.
“Saya itu hobi menulis, membuat puisi jadi senang sekali akhirnya bisa diterima di Sastra Indonesia karena di situ saya bisa semakin tertempa,” ucap dia.
Aulia berharap kelak ia dapat menjalani kuliah di UGM dengan lancar. Dia yakin bisa menyelesaikan kuliah dengan baik terlebih dahulu di UGM yang merupakan kampus inklusif dan ramah bagi penyandang disabilitas.
Sejak awal mengikuti tes, ia menerima fasilitasi dari UGM. Seperti pendampingan saat di lokasi dan penyediaan perangkat khusus saat ujian.
“Harapannya dengan kuliah di UGM bisa sukses dan lebih baik lagi ke depannya. Meski dengan kondisi terbatas, yang penting tetap semangat. Jangan pernah menganggap diri kita tidak bisa, kita bisa melakukan apa yang orang umumnya lakukan walau dengan keterbatasan,” kata Aulia.
Baca juga: Sambut 9.833 Mahasiswa Baru, UGM Gelar Orientasi Kampus PPSMB Luring |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News