"RMI (Rabithah Ma'ahid Islamiyah) bersama seluruh elemen NU terus berusaha menerapkan protokol kesehatan untuk mendukung pembelajaran tatap muka secara terbatas di lingkungan pesantren. RMI NU tidak ingin pesantren menjadi pusat penyebaran baru covid-19," kata Ketua Rabithah Ma'ahid Islamiyah (RMI) Nahdlatul Ulama, Abdul Ghaffar Rozin, Kamis, 30 September 2021.
Gus Rozin, sapaannya, mengatakan, tradisi pesantren selama ratusan tahun adalah menggelar pendidikan secara tatap muka dan berkelompok. Pandemi membuat hampir 24 ribu pesantren yang dinaungi RMI NU mengubah tradisi berabad-abad itu.
Sebagian santri terpaksa diliburkan sehingga proses pendidikan dinilai kurang efektif lantaran proses pendidikan di pesantren, terutama soal akhlak dan budi pekerti, dilakukan lewat pembiasaan sehari-hari di lingkungan pesantren.
Baca: Hasil Evaluasi Terbukti Aman, Boyolali Bakal Perpanjang PTM Terbatas
"Pendidikan akhlak dan budi pekerti memerlukan proses pembelajaran tatap muka agar optimal. Proses belajar dengan interaksi langsung guru dan murid juga akan lebih meningkatkan pemahaman murid," jelas Gus Rozin.
Sementara, Sekretaris Jenderal Lembaga Pendidikan (LP) Ma'arif NU, Harianto Oghie, mengatakan RMI NU beranggotakan hampir 24 ribu persantren, sementara LP Ma'arif menaungi hampir 22 ribu sekolah.
Dia memastikan kepatuhan pada protokol kesehatan juga diterapkan di seluruh lembaga pendidikan Ma'arif, jaringan sekolah yang berafiliasi dengan NU. "Mencegah kemudaratan diutamakan daripada mengambil manfaat," kata Harianto.
Baca: Unpad Berencana Patenkan Model Kuliah Hybrid
Ia mengingatkan virus covid-19 hanya butuh 10 detik untuk masuk ke saluran pernafasan lalu berkembang dan menginfeksi organ tubuh lebih luas. Infeksi bisa terjadi kala orang berkumpul dan tidak memakai masker dengan benar.
Sementara, Direktur Sekolah Dasar Dirjen PAUD Kemendikbudristek, Sri Wahyuningsih mengatakan, pembelajaran tatap muka secara terbatas sudah diizinkan secara selektif. "Hanya di zona hijau boleh tatap muka secara terbatas," ungkap Sri.
Sri menambahkan, sudah ada sejumlah panduan pelaksanaan pembelajaran tatap muka secara terbatas. Salah satunya adalah sekolah bisa memakai dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) untuk membeli peralatan yang dibutuhkan dalam penerapan protokol kesehatan.
Orangtua juga berhak memilih metode pembelajaran bagi anaknya, apakah tetap metode jarak jauh (PJJ) atau tatap muka (PTM). "Hal yang harus diingat, keamanan proses pembelajaran tatap muka adalah tanggung jawab semua pihak. Orangtua juga berperan dalam proses itu," ungkap Sri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News