"Mereka (pihak sekolah) kaget kenapa resah di luar. Artinya, hal yang terlalu jauh kalau diinterpretasikan sampai ke radikalisme, dan tidak ada kaitannya dengan itu," kata Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) itu, di Kantor Kemendikbud, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Senin, 20 Agustus 2018.
Dalam pertemuan dengan Polres, Kodim (komando distrik militer), dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Probolinggo sudah meluruskan duduk perkara masalah. Kebetulan TK yang bersangkutan adalah binaan dari Persit (persatuan istri tentara) Kodim Probolinggo.
Dalam penjelasannya, acara karnaval 18 Agustus kemarin mengangkat tema keagamaan. Dengan kostum perjuangan umat Islam saat masa kemerdekaan.
"Karena memang masyarakat Probolinggo itu kan terkenal sangat agamis," jelas Muhadjir.
Pemilihan kostum wanita bercadar itu, kata Muhadjir untuk efisiensi biaya. Pasalnya, kostum wanita bercadar itu sisa properti saat perayaan karnaval tahun sebelumnya.
"Ada kesepakatan antara wali murid, sekolah, dan komite, bahwa properti yang sudah dimiliki tahun lalu dipakai untuk parade drumband sekolah itu itu digunakan kembali," jelas Muhadjir.
Baca: Atribut Bercadar dan Bersenjata, Sekolah Harus Ditindak Tegas
Alasan pemilihan tema wanita bercadar, lanjutnya, merepresentasikan perjuangan umat Islam saat melawan penjajah di era kemerdekaan. Kostum itu dipadukan dengan bendera merah putih, dan diikuti parade miniatur Kabah.
"Karena TK-nya itu banyak perempuan, bagaimana pengawal perempuan itu pakaiannya apa? Kemudian muncul ide pakai cadar, dan itu sangat spontan," ucapnya.
Muhadjir memastikan TK yang bersangkutan bersih dari ajaran radikalisme. Apalagi TK itu berada langsung di bawah binaan Kodim Probolinggo.
"Pembinaannya lebih nasionalisme yang sangat kental saat itu, cuma kemarin peserta didiknya hanya 55, padahal fasilitasnya sangat bagus," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News