Direktur Jenderal Penguatan Inovasi, Kemenristekdikti, Djumain Appe (baju putih), Medcom.id/Intan Yunelia.
Direktur Jenderal Penguatan Inovasi, Kemenristekdikti, Djumain Appe (baju putih), Medcom.id/Intan Yunelia.

Terapkan Iptek Pada Produksi Minyak Nilam Indonesia

Intan Yunelia • 10 September 2018 18:36
Jakarta: Minim sentuhan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), membuat nilai jual minyak nilam Indonesia menjadi rendah.  Padahal,  Indonesia merupakan salah satu negara penghasil komoditas minyak nilam terbaik dan menjadi incaran banyak negara di dunia.
 
"Kita memiliki Sumber Daya Alam (SDA) dan potensi yang cukup besar di berbagai daerah, salah satunya nilam.  Tapi selama ini belum optimal peningkatan nilai tambahnya," ujar Direktur Jenderal Penguatan Inovasi Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Djumain Appe, di Kantor BPPT, Jakarta Pusat, Senin, 10 September 2018.
 
Kebutuhan minyak nilam sebagai bahan baku produk kosmetik dan parfum diincar berbagai negara. Namun, mirisnya para pelaku usaha nilam dalam negeri hanya bisa memanfaatkan bahan baku mentahnya, yang tentu nilai jualnya lebih rendah. 

"Kalau hanya bahan baku kita lihat paling nilai tambah 1. Tapi kalau kita bisa melakukan proses nilai tambah dari penerapan iptek, itu bisa menjadi lebih dari dua, tiga kali bahkan 10 kali lipat nilainya," terang Djumain.
 
Baca: Pengembangan Komoditas Unggulan Daerah Perlu Sentuhan Iptek
 
Produk-produk kosmetik dunia banyak memanfaatkan minyak nilam dari Tanah Air. Termasuk Prancis yang menjadi kiblat mode dan produk kecantikan dunia.
 
"Kalau Ibu Martha Tilaar (Dirut PT. Sari Ayu Martha Tilaar) ini bilang, kalau saya ke Prancis beli parfum bahan bakunya saya tanya juga. Kok bisa Prancis memproduksi dan menjual dengan skala yang besar ke dunia internasional. Minimal dapat bahan bakunya. Sambil ketawa-ketawa, jawabannya ada di negara anda," ujar Djumain.
 
Potensi nilai ekonomi yang tinggi, justru dimanfaatkan negara-negara tetangga. Mereka membeli produk bahan mentah minyak nilam dan diolah menjadi barang setengah jadi yang memiliki nilai jual yang lebih tinggi. 
 
"Itu kita dari Malaysia dan Singapura yang beli nilam ini, dan kemudian di proses jadi intermediate produk. Bisa 10 kali lipat dari harga beli mentahnya ke Indonesia.  Kemudian setelah itu dieksport ke Prancis dengan harga yang lebih mahal," ucap Djumain menirukan pesan dari Martha Tilaar.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan