Universitas Jember terus mempersiapkan alternatif kuliah luring sesuai dengan kondisi masing-masing fakultas. “Cara lain dengan metode kuliah hybrid luring-daring, di mana peserta kuliah dibagi dalam dua kelas," terangnya.
Misalnya di satu mata kuliah, berlaku kuliah tatap muka dengan kehadiran dosen secara langsung dengan tetap memperhatikan aturan hanya boleh diikuti 50 persen dari kapasitas kelas. Namun kuliahnya disiarkan ke kelas lainnya atau diakses oleh peserta lainnya secara daring, dengan memanfaatkan perangkat teknologi informasi dan komunikasi.
"Sehingga peserta kuliah di kelas tersebut masih bisa berdiskusi dengan dosen dan kawan-kawan lainnya di kelas luring,” imbuh guru besar di Fakultas Ilmu Komputer ini.
Slamin memastikan, jika perkuliahan luring jadi dilaksanakan, Universitas Jember melalui Tim Tanggap Darurat Kesiapsiagaan Bencana Covid-19 (TTDKBC) akan selalu berkoordinasi dengan Tim Satgas Penanganan Covid-19 Jember. “Tentu saja kami akan selalu berkoordinasi dengan Tim Satgas Penanganan Covid-19 Jember sebab Pemkab Jember adalah pihak yang memiliki wilayah," jelasnya.
Kedua, keberadaan mahasiswa Unej dari luar kota memiliki dampak sosial ekonomi bagi warga Jember seperti kebutuhan akan rumah indekos dan pemenuhan kebutuhan mahasiswa lainnya. Sehingga rencana perkuliahan luring di masa penanganan covid-19 harus dibicarakan bersama dengan segenap pemangku kepentingan untuk meminimalkan dampak negatifnya.
Sebenarnya, kata dia, Unej sendiri sudah memberlakukan kebijakan kuliah luring secara terbatas hanya bagi mahasiswa tingkat akhir yang perlu mengakses fasilitas laboratorium atau konsultasi dengan dosen pembimbing. Selain itu juga mahasiswa peserta pendidikan profesi seperti di Fakultas Kedokteran, Fakultas Kedokteran Gigi, Fakultas Farmasi dan Fakultas Keperawatan.
"Bagi mahasiswa Universitas Jember ini, mereka wajib mengikuti protokol kesehatan ketat semisal menyerahkan hasil swab antigen/PCR saat akan beraktivitas di kampus," terangnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News