Direktur Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DPPM) UMM, Yus Mochamad Cholily, mengatakan, bahwa dana tersebut dapat diperoleh berkat penilaian pemerintah dalam tiga aspek. Pertama, yakni capaian perguruan tinggi akan delapan Indikator Kinerja Utama (IKU) MBKM. Dua lainnya yakni kualitas kinerja penelitian dan kinerja pengabdian masyarakat.
“Ketiganya menjadi dasar Kemendikbudristek untuk menetapkan klaster dan jumlah dana yang diperoleh masing-masing perguruan tinggi. Alhamdulillah kita bisa masuk di klaster pertama, menempati posisi tiga se-Indonesia dan menjadi urutan pertama se-Jatim,” ungkapnya, Selasa, 21 Desember 2021.
Yus, sapaan akrabnya melanjutkan bahwa hal ini tidak lepas dari kuantitas dan kualitas pengabdian serta penelitian yang dilakukan oleh para sivitas akademika. Apalagi didukung dengan program-program seperti Pengabdian Masyarakat oleh Mahasiswa (PMM) maupun pengabdian mitra dosen.
Hingga saat ini, DPPM telah menetapkan tiga penelitian dan empat pengabdian yang akan disokong dana hibah tersebut. Adapun beberapa wilayah dan desa yang akan dipilih yaitu Desa Bululawang, Pandansari, dan Tawangsari.
“Tentu kami akan berupaya sebaik mungkin menjalankan amanah pemerintah. Begitupun dengan peningkatan aktivitas penelitian dan pengabdian serta hilirisasi yang akan senantiasa dilaksanakan,” tambah Yus.
Baca juga: Terima Bantuan Rp3,7 T dari World Bank, Kemenag Bakal Benahi Madrasah
Sementara itu, Wakil Rektor I UMM, Syamsul Arifin menilai, seleksi dan persaingan yang ada cukup ketat mengingat ada lebih dari 4000 perguruan tinggi swasta di Indonesia. Namun, Kampus Putih UMM berhasil menempati kluster pertama dan bertengger di peringkat tiga Nasional. UMM dianggap memiliki capaian IKU (Indikator Kinerja Utama), kinerja penelitian dan pengabdian yang bagus.
Syamsul juga menjelaskan, bahwa UMM terus berupaya meningkatkan delapan IKU yang ditetapkan. Salah satunya adalah keterserapan alumni di industri dan dunia kerja (Iduka). Dalam rangka meningkatkan aspek tersebut, Kampus Putih telah membangun beragam kelas profesional dan Center of Excellence (CoE) di berbagai program studi.
Di samping itu juga menyediakan Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) yang akan membekali dan menilai kompetensi masing-masing mahasiswa. Ditunjang dengan 74 skema yang tersebar di 42 program studi yang ada di UMM. Dengan begitu, keahlian dan pemahaman mahasiswa dapat dipastikan melalui sertifikasi tersebut.
“Ini adalah bentuk usaha kami agar para mahasiswa nantinya bisa terserap oleh Iduka dengan maksimal. Sekaligus sebagai langkah-langkah konkret dalam memenuhi IKU satu yang diberikan oleh pemerintah,” jelasnya.
Lebih lanjut, Syamsul juga menilai bahwa raihan ini adalah salah satu cerminan akan penghargaan Anugerah Kampus Unggul (AKU) yang baru saja diraih UMM. Menurutnya, penghargaan dan raihan tersebut tidak lepas dari usaha maksimal dari sivitas akademika UMM.
“Hal ini menjadi pengakuan pemerintah akan kinerja dari Kampus Putih. Tentu, ini harus selalu kita syukuri sembari meningkatkan kualitas pendidikan yang kita sediakan,” ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News