“Unsur kebudayaan sejak awal sudah melekat pada berbagai aspek pergerakan nasional. Satu titik tolak, kebudayaan tidak luput dari kebangkitan nasional,” kata Andi dalam diskusi daring ‘Peran Kebudayaan dalam peringatan Hari Kebangkitan Nasional’, Kamis, 21 Mei 2020.
Dosen Program Studi Ilmu Sosiologi Universitas Nasional ini menuturkan, kebangkitan nasional ini adalah fenomena kebudayaan, persentuhan kaum terpelajar dengan proses modern, mentranformasi masyarakat menjadi modern.
“Tranformasi masyarakat diwujudkan dari inisiatif lahir, klub bukan hanya organisasi politik, tempat ngumpul, di klub berbagai kesenian, wayang wong, gamelan pembentukan identitas kesadaran kebangkitan nasional,” ujarnya.
Baca juga: PGRI: Harkitnas Momentum Kebangkitan Guru
Ia mencontohkan, saat itu Tjokroaminoto pada 1908 membuat klub sosial Panti Harjoso dan menggelar seminar tentang munculnya gamelan dalam tradisi Jawa. Tercatat berbagai pengujung datang tidak hanya Bumiputera, tapi juga kalangan Eropa.
“Klub memanfaatkan kebudayaan atau menggunakan kebudayaan untuk perjuangan, Panti Harsojo mengundang Dewi Sartika dari Bandung bicara di society tersebut, dihadiri 100 perempuan dari bumiputera, bicara isu emansipasi perempuan,” jelasnya.
Lebih lanjut ia menyebut, dalam pergerakan kebangkitan nasional memang memerlukan elemen kebudayaan. Salah satunya yang penting adalah bahasa. “Satu identitas nasional, simbol-simbol nasional, juga muncul kesadaran kultural, ide tentang Indonesia semakin kuat di dalam bahasa,” sambungnya.
Selain itu juga ada lagu-lagu nasional. Itu sudah menjadi praktik kultural pada abad 20 sampai Indonesia merdeka.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id