Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Atip Latipulhayat. Foto: Medcom/Citra Larasati
Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Atip Latipulhayat. Foto: Medcom/Citra Larasati

Viral Siswa SMA Tidak Bisa Jawab Soal Pembagian Dasar, Ini Kata Wamendikdasmen

Citra Larasati • 05 November 2024 20:03
Jakarta:  Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Atip Latipulhayat memberi tanggapan atas viralnya sebuah video di media sosial. Video tersebut tentang sejumlah siswa SMA yang belum dapat menjawab soal-soal pembagian dasar dalam matematika.
 
Video 'ice breaking' tentang diagnosa numerasi dasar tersebut diunggah, Juju Julaeha, seorang guru kelas 12 di sebuah SMA dalam akun Instagramnya @Julaehaju. Pada video tersebut, para siswa tampak kesulitan menjawab soal pembagian yang disampaikan gurunya.
 
Para siswa tersebut menjawab soal secara bergantian, namun hanya satu yang menjawab soal dengan tepat.  Dalam unggahan tersebut, guru melempar pertanyaan, seperti berapa 12:3, kemudian siswa menjawab 2.

Siswa berikutnya diajukan pertanyaan berapa 24:3, namun dijawab 3 oleh siswa. Kemudian pertanyaan berikutnya, berapa 16:4?, siswa pun menjawab 8. 
 
Begitu juga dengan soal 28:4. dijawab siswa dengan jawaban 7.  Hanya satu siswa yang menjawab dengan benar, yakni ketika ditanya berapa 25:5, siswa tersebut pun menjawab dengan benar, yakni 5.
 
Hingga Selasa, 5 November 2024, video tersebut telah diputar sebanyak 6,7 juta kali, disukai 79.200 likes, 28.500 komentar, dan 91.900 kali dibagikan.  "Semangat yah Nak. Kita sadari ada yang kurang. Maka dari itu sama-sama akan kita lengkapi dan kita perbaiki," kata Juju Julaeha.
 
Contoh tersebut, kata Atip, merupakan salah satu sinyal bahwa ada kekurangan dalam proses belajar di kelas selama ini dan harus diperbaiki.  "Ya, berarti kan di sini ini sudah memberikan sinyal ya. Ada kekurangan dalam pembelajaran selama ini yang harus diperbaiki. Makanya Pak Prabowo ini memberikan penekanan khusus," kata Atip di sela-sela Silaturahmi Mendikdasmen beserta jajarannya dengan Pemimpin Redaksi sejumlah media massa, yang digelar di Jakarta, Selasa, 5 November 2024.
 
Presiden, kata Atip, memberikan penekanan kepada Kemendikdasmen untuk melakukan penguatan pendidikan karakter dan kemampuan literasi serta numerik siswa. Sebab dalam sejumlah alat ukur capaian pembelajaran siswa, seperti PISA (Programme for International Student Assessment), skor literasi dan numerasi pelajar di Indonesia tidak kunjung mengalami peningkatan.

Matematika Jadi Momok

Bahkan ketika ia melakukan kunjungan kerja di Tasikmalaya misalnya, masih banyak siswa yang menganggap matematika sebagai  momok. "Waktu itu saya tanya siapa yang benci matematika, itu 50 persennya menyatakan benci matematika," katanya.
 
Rasa tidak suka siswa terhadap matematika, kata Atip, menunjukkan ada yang salah dalam pembelajarannya.  "Kan selama ini pelajaran matematika itu pelajaran yang paling dibenci oleh murid di Indonesia. Kemarin nih saya di Tasikmalaya tanya ke murid-murid SMP, siapa yang benci matematika? ternyata 50 persennya. Tanya di SMA. Kayaknya 30 persen benci matematika juga. Ada yang salah dalam pembelajarannya, ini yang akan dikembalikan," terangnya.
 
Untuk itu, Kemendikdasmen kini tengah melakukan evaluasi terhadap penerapan proses pembelajaran yang selama ini berjalan di sekolah-sekolah. Mulai dari cara mengajar guru hingga evaluasi penerapan Kurikulum Merdeka.
Baca juga:  Mendikdasmen Ungkap Cita-Cita Masa Kecilnya Ingin Jadi Genting Kaca, 'Aneh' Tapi Maknanya Dalam

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan