Prasanti mengungkapkan berani mendaftar program ini setelah dianjurkan oleh seniornya di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Setelah mengirimkan proposal, dia terpilih menjadi 10 finalis.
Selanjutnya, dia mengikuti presentasi langsung di hadapan juri. Dari 10 finalis, terpilih empat pemenang, masing-masing dua untuk kategori Non-Life Science dan Life Science. Prasanti mendapat penghargaan untuk kategori Non-Life Science.
Setiap peserta hanya diberikan waktu lima menit untuk memaparkan riset dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Prasanti sempat merasa kurang percaya diri saat itu.
"Namun alhamdulillah saya bisa lolos. Pengalaman ini benar-benar sangat berharga bagi saya," ujar penulis buku "To be in Love with You is to be in Love with Myself" dan "Menjadi Manusia" ini dikutip dari laman itb.ac.id, Selasa, 19 November 2024.
Dia memaparkan riset berjudul "Resilience for All: Indonesian Large Scale Housing Assessment". Prasanti bersama tim risetnya bermimpi membangun sebuah teknologi berbasis artificial intelligence (AI) yang mampu secara cepat dan akurat memprediksi kerentanan struktur hanya melalui foto.
“Saat ini, piloting dari riset ini sudah berjalan, tetapi agar dapat benar-benar memberikan manfaat yang luas, tentu kami memerlukan dukungan dan kolaborasi dari berbagai pihak," ujar dia.
Penulis buku "Air dan Sanitasi Kawasan Kumuh" ini mengatakan saat ini di banyak negara miskin dan berkembang seperti Indonesia, data merupakan sesuatu yang sangat sulit untuk didapatkan. Terutama data mengenai bangunan, yang meskipun ada, kerap belum terdigitasi atau belum berada dalam sistem yang terpusat.
Padahal, ketika berbicara tentang analisis risiko kerentanan suatu area—baik itu kota, provinsi, atau bahkan negara—pengetahuan tentang struktur setiap bangunan, mulai dari rumah, sekolah, gedung pemerintahan, hingga aset seperti jembatan, menjadi sangat penting.
“Kami berharap teknologi artificial intelligence yang sedang kami kembangkan, yang mampu mengidentifikasi tipologi bangunan hanya melalui foto, dapat membantu memetakan risiko suatu area secara cepat dan murah, bahkan hanya dengan foto dari Google Street View. Tentu saja, ini bukan solusi yang sempurna, tetapi kami berharap ke depannya teknologi ini dapat terus kami sempurnakan,” ujar dia.
Baca juga: Ciptakan Solusi Inovatif, 4 Peneliti Perempuan Raih Penghargaan FWIS 2024 |
Dia ingat perkataan salah seorang koleganya, membangun aplikasi atau sistem seperti ini adalah pekerjaan seumur hidup. Dia dan tim sangat bersemangat berkomitmen jangka panjang pada proyek ini.
Mereka percaya pemetaan risiko yang tepat sangat penting untuk memastikan setiap nyawa di Tanah Air mendapatkan perlindungan terbaik saat bencana terjadi.
Penelitian ini secara garis besar dapat dilakukan di kota mana saja.
“Saat ini, kami sudah mulai melihat data untuk Kota Bandung dan Padang. Ke depannya, kemungkinan kami akan lebih fokus pada kota-kota di Jawa Barat terlebih dahulu," kata dia.
Prasanti mengaku penghargaan ini sangatlah luar biasa. Perjalanan menjadi seorang peneliti kadang terasa seperti berjalan sendiri dan meraba-raba dalam kegelapan.
"Sering kali saya bertanya-tanya, apakah jalan yang saya pilih ini benar-benar tepat. Tapi, penghargaan seperti ini rasanya sedikit banyak membesarkan hati saya. Seolah-olah apa yang saya lakukan selama ini memang sudah tepat, dan mungkin saya sedang berjalan ke arah yang benar," tutur dia.
Dia menyebut Teknik Sipil adalah ilmu yang sangat penting karena merupakan fondasi kehidupan manusia. Banyak orang tidak menyadari betapa krusialnya bidang ini.
Padahal, segala aspek kehidupan sehari-hari—mulai dari tempat tinggal, mobilitas, hingga akses air minum—tidak akan berjalan dengan baik tanpa kontribusi insinyur sipil. Dia sering mengutip kata-kata David Billington, almarhum Profesor Teknik Struktur di Princeton, yang mengatakan, 'Civilization is civil works, and insofar as these deteriorate, so does society.'
Kata-kata ini selalu mengingatkannya bahwa pekerjaan kita memiliki peran besar dalam menjaga dan memajukan peradaban. Jika kita tidak berdedikasi dan berkomitmen penuh terhadap bidang ini, maka peradaban (civilization) akan mundur.
Dia berpesan kepada mahasiswanya agar serius dengan bidangnya. Milikilah kebanggaan terhadap apa yang dipelajari karena kalian adalah fondasi dunia ini.
“Bekerjalah dengan sepenuh hati untuk memastikan bahwa peradaban kita terus maju dan menjadi lebih baik dari sebelumnya," pesan Prasanti.
Usai menerima penghargaan, dia akan bekerja dan melakukan riset lebih baik lagi. Pada akhirnya, penghargaan ini hanyalah sebuah lompatan kecil menuju impian sesungguhnya.
"Yaitu menciptakan karya yang bermanfaat bagi Tanah Air dan juga dunia, sekecil apa pun itu, walaupun untuk sementara mari merayakan stepping stone kecil ini!" tutur dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News