Dosen Jurusan Karawitan, AKN Seni dan Budaya Yogyakarta, Bayu Purnama menerangkan, yang didapatkan mahasiswa Karawitan AKN Seni dan Budaya Yogyakarta 95 persen ialah materi karawitan dengan gagrak atau bergaya Yogyakarta. Hal ini dikarenakan berdirinya AKN Seni dan Budaya Yogyakarta atas inisiasi Sri Sultan HB X, Gubernur DIY.
Selain materi karawitan gaya Yogyakarta, di Jurusan AKN Seni dan Budaya Yogyakarta juga diajarkan materi karawitan gaya Puro Pakualaman. Adapun materi karawitan gaya yang lain sebagai tambahan atau pelengkap saja.
“Yang dipelajari cenderung ke gaya Yogyakarta. Akan tetapi, di Yogyakarta ada dua kerajaan, yakni Kasultanan Yogyakarta dan Puro Pakualaman. Gaya yang lain sebagai tambahan, biar kalau sudah terjun mereka tahu gaya-gaya karawitan yang ada,” ungkap Bayu dilansir dari laman Ditjen Vokasi, Selasa, 7 Maret 2023.
Mahasiswa diajarkan terkait semua instrumen gamelan karena mahasiswa dituntut untuk menguasai semua instrumen gamelan. Harapannya ketika lulus, mahasiswa bisa mempraktikkan ilmunya yang didapat ketika sekolah di AKN.
Tak hanya praktikum berkelompok, mahasiswa juga akan dilatih untuk melakukan praktik individual. Praktik individual ini dimaksudkan untuk mematangkan mahasiswa ke dalam instrumen pokok yang menjadi roh utama dalam musikalitas, meliputi praktik individual sinden, praktik individual kendang, gambang, gender, bonang, dan rebab.
Mahasiswa diajarkan bagaimana bervokal yang baik dan memainkan instrumen dengan benar sehingga mahasiswa bisa memiliki atau menguasai mayor dalam karawitan. Selain teori dan praktik, mahasiswa juga dibekali oleh mata kuliah penunjang, seperti industri pariwisata dan kewirausahaan.
Diharapkan jika nantinya lulusan tidak memiliki jam pentas, maka dapat membuka lapangan kerja atau ikut home industri.
Mahasiswa juga dibekali keilmuan terkait birokrasi, seperti bagaimana cara mengajar yang baik, merawat gamelan yang baik dan benar, serta mengelola sanggar karawitan yang baik. Hal ini dikarenakan AKN Seni dan Budaya Yogyakarta telah bekerja sama dengan Kundha Kabudayan DIY, di mana terdapat kuota untuk SDM AKN yang akan dijadikan sebagai pendamping desa budaya.
Tidak hanya dipersiapkan untuk menjadi pendamping desa budaya, mahasiswa juga dipersiapkan untuk memberikan Training of Trainer (ToT) Gamelan ke sanggar-sanggar yang telah diberi hibah gamelan oleh Pemda DIY. “Kami telah bekerja sama dengan Pemda DIY untuk mempersiapkan pendamping desa budaya, mengadakan pelatihan ToT Gamelan. Jadi, materi birokrasi sangat penting dimiliki oleh mahasiswa,” tutur Bayu.
Mahasiswa juga mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan kemampuannya melalui kerja sama dengan Museum Sonobudoyo, Keraton Yogyakarta, dan Pemda Bali. Di sana mahasiswa bisa mengasah kemampuannya terkait pementasan dan mengendalikan diri ketika berada di panggung.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news medcom.id
baca juga: Kisah Chorlance, Penerima Beasiswa ADik dari Papua Kini Jadi Dokter |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News