Mayoritas petani kopi di sana menjual biji kopi dalam bentuk kering tanpa pengolahan khusus,
sehingga hanya laku di pasaran Rp15 ribu per kg. Sementara apabila pemetikan dilakukan saat biji kopi masih berwarna merah, disertai dengan pengolahan maksimal harga jual mampu menembus Rp35 ribu per 100 gram.
“Untuk itu kami berinisiatif mendirikan padepokan kopi BTS (Bromo Tengger Semeru), untuk
melakukan pembinaan dan pelatihan kepada petani kopi di Desa Sumberejo,” ujar ketua tim, Daniar Dwi Absari dalam keterangan pers yang diterima Medcom.id, di Jakarta, Senin, 1 Oktober 2018.
Baca: Cegah Plagiarisme, Standar Kemiripan Tidak Lebih Dari 20%
Pembinaan ini sudah dilakukan 15 mahasiswa Fakultas Peternakan Unisma sejak Juni lalu 2018. Meskipun baru berjalan empat bulan, namun target yang ingin dicapai mulai terwujud. Dari puluhan petani, beberapa di antaranya sudah mau mengikuti proses yang dianjurkan.
"Selain pembinaan proses pemetikan, sortasi, perambangan, fermentasi, pulper, penjemuran, buler, grading hingga roasting, para petani nantinya juga akan diberi pelatihan pengemasannya," tutup Daniar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News