Persaingan dunia kerja pun lebih kompetitif bagi orang yang memiliki kemampuan tersebut. Bahkan dalam kemampuan STEM, karier wanita dan pria bisa sangat kompetitif.
"Betul, di STEM sekali tak melihat itu karena ini kemampuan yang sangat soft ya, jadi lebih kompetitif," kata IT Advisory Director Grant Thornton Indonesia, Goutama Bachtiar di Kila Jakarta, Kamis 7 Maret 2024.
Pada bidang pekerjaan lain, bisa saja perempuan perlu upaya lebih untuk bersaing. Sebab, memang sistem patriaki seolah telah mendarah daging dalam memandang gender di dunia kerja.
"Tapi kita lihat sekarang yang kerja di bidang IT ini kan sudah sama banyaknya wanita dan pria juga begitu ya," sebutnya.
Pun, kata dia, apabila ada kesenjangan di dunia STEM, maka jumlahnya tak terlalu besar. "Ini membuktikan di STEM persaingan terbuka," imbuhnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan, jika kemampuan STEM mesti dibangun sejak dini. Pada usia sekolah misalnya, orang tua mesti bisa mendeteksi kemampuan anak yang berkaitan dengan STEM.
Ketika minat sudah terlihat maka orang tua idealnya harus memberikan dukungan yang sebaik mungkin. Misalnya memberikan fasilitas tambahan baik dalam bentuk kursus atau latihan khusus untuk perlombaan.
"Jadi kalau misalnya si individu yang bersangkutan ingin ke kelas matematika, ke kelas matematika, ya itu memang harus difasilitasi. Nah, idealnya harus di-support oleh orang tua yang bersangkutan, kan. Terus kemudian diikutkan lomba, ikutan ekskul di sekolah," pungkasnya.
Baca juga: Kemampuan STEM Pelajar Mesti Dibangun Mulai dari Keluarga |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News