Secara teknologi, kerja dari luar kantor ini bisa dikatakan sebuah revolusi. Namun, pekerja juga harus mengenali potensi negatifnya. Alih-alih memudahkan, jangan sampai tren kerja jarak jauh justru membuat pekerja semakin terbebani.
Manager Glints Indonesia, Noor Laily Alviani, mengatakan mode kerja virtual sebenarnya mendatangkan banyak manfaat. Beberapa di antaranya adalah fleksibilitas waktu, penghematan biaya operasional, hingga peningkatan produktivitas.
"Untuk working, Mom bisa bekerja sambil mengurus anak," ujar Noor Laily melalui keterangan tertulis yang diterima, Sabtu, 27 Juli 2024.
Pernyataan Noor itu dikemukakan saat menjadi pembicara dalam Obral Obrol Literasi Digital (OOTD) bertajuk Tren Kerja Virtual (Remote Working) yang berlangsung, Jumat, 26 Juli 2024.
Baca: Kominfo Sebut Belum Ada Teknologi Cegah Konten Judi Online |
Dia melanjutnya, yang sangat terasa dalam tren kerja ini, yakni antara pekerjaan dan kehidupan dapat berjalan seimbang. Sedangkan manfaat dari sisi perusahaan di antaranya dapat menghemat biaya operasional.
Pasalnya, perusahaan saat ini bisa saja tidak perlu menyediakan kantor untuk mencakup semua orang. Selain itu, perusahaan juga dapat merekrut karyawan dari mana saja baik dari luar kota maupun luar negeri.
"Perusahaan jadi dapat lebih banyak melirik potensi sumber daya manusia tanpa harus terhalang faktor geologis," kata Noor.
Dampak negatif
Namun, di balik manfaat tersebut, model kerja ini juga tak lepas dari sejumlah tantangan. Mulai dari kesenjangan akses teknologi, masalah komunikasi, kolaborasi, hingga kesehatan mental.Pekerja bisa terlena atas kenyamanan pola kerja jarak jauh. Para pekerja pun kerap lupa untuk membedakan waktu sebagai pekerja dan saat-saat menjalani hidup sebagai masyarakat biasa.
"Hal ini tentunya berpengaruh dengan kualitas kerja seseorang," kata Noor.
Ketika pekerjaan dilakukan dari rumah, seseorang bisa saja sulit untuk menjaga pemisahan yang jelas antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Hal ini dapat menyebabkan kelelahan, stres, dan penurunan produktivitas.
"Untuk dapat membedakan, kita harus dapat membuat jadwal sendiri. Kapan kita harus bekerja, kapan kita menjadi masyarakat biasa," ujar konten kreator Nur Eliana Rosyadah yang juga jadi pembicara dalam webinar yang diadakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) tersebut.
Baca: Pakar: Kebijakan WFH Jangan Menyeluruh, Bisa Ganggu Ekonomi |
Hal ini senada dengan apa yang disampaikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). WHO menyebut para pekerja jarak jauh di seluruh dunia akan mengalami rasa lelah secara fisik dan psikis.
Menurut Nur, model kerja dari rumah dapat menciptakan kondisi berbahaya, yakni berdampak buruk bagi kesehatan karyawan. Ini terjadi bila perusahaan dan karyawan tidak secara kolektif mengelola cara kerja jarak jauh.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News