Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS), Pandu Baghaskoro mengatakan, para siswa dan guru yang menjadi korban bencana alam dihadapkan pada situasi yang tidak mudah. Sehingga mereka sangat mungkin mengalami trauma karena bencana, atau kehilangan anggota keluarga dan tempat tinggalnya.
"Pemulihan kondisi psikologis sangatlah penting bagi para korban, sebelum dapat memulai kembali aktivitas pendidikan," kata Pandu di Jakarta, Jumat, 5 Oktober 2018.
Tanpa mental yang baik, tidak mungkin kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan optimal. Secara bertahap, setelah kondisi psikologis mulai pulih, barulah dapat memulai materi pembelajaran.
Pandu menyarankan pemerintah untuk mengadakan uji psikologis atau trauma yang cukup, menyeluruh dan terukur. Hal ini bertujuan untuk mengukur kondisi psikologi para korban, sebelum akhirnya menentukan momen yang tepat untuk memulai kembali kegiatan pembelajaran.
“Trauma bisa menjadi masalah berkepanjangan kalau tidak diatasi," jelas Pandu.
Baca: Aktivitas Pendidikan Masih Lumpuh Total
Melalui kegiatan-kegiatan pemulihan yang bersifat edukatif dan menghibur, siswa dan para guru bisa dilibatkan. "Dengan terlibat dalam kegiatan seperti ini, proses pemulihan pelan-pelan dimulai,” urai Pandu.
Selain itu, pembangunan kembali sekolah-sekolah yang rusak juga harus mendapatkan perhatian. Pendataan sarana dan prasarana pendidikan sangat diperlukan, sebagai bagian dari proses pemulihan kondisi psikologi para korban.
"Terutama siswa dan guru, yang memang berkaitan langsung dengan kegiatan belajar mengajar," jelas Dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News