Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti mengaku telah menerima laporan atas kejadian tersebut. Dia membantah perundungan terjadi saat MPLS Ramah.
"Ini saya tegaskan, jadi tidak dalam rangkaian MPLS," kata Mu'ti dalam acara peringatan Hari Anak Nasional 2025 di SD Islam Ruhama Lab School of Uhamka, Tangerang Selatan, Rabu, 23 Juli 2025.
Ia menjelaskan perundungan tersebut terjadi di luar sekolah. Mu'ti turut prihatin atas kejadian perundungan yang melibatkan siswa.
"Kami menyampaikan keprihatinan yang mendalam atas kasus yang terjadi. Saya sudah mendapatkan laporannya peristiwanya sebenarnya terjadi di luar sekolah," ujar dia.
Mu'ti mengingatkan pentingnya menciptakan lingkungan aman bagi anak. Tidak hanya di dalam sekolah, tapi juga di luar lingkungan sekolah bahkan ruang digital.
Baca juga: Perundungan di SMPN 3 Doko Blitar, Keluarga Korban Tuntut Pelaku Dibina Babinsa |
"Lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat dan juga media (sosial) yang aman dan nyaman bagi anak-anak karena mohon maaf, di antara kekerasan juga terjadi di dunia maya kekerasan juga terjadi melalui media virtual," tutur dia.
Peristiwa perundungan siswa baru di SMP Negeri 3 Doko, Kabupaten Blitar, viral di media sosial. Kejadian tersebut diduga terjadi saat MPLS Ramah 2025.
Korban dijemput sejumlah kakak kelas dan dibawa ke area dekat kamar mandi sekolah. Di sana, korban dikerumuni dan dirundung oleh sekitar 14 siswa secara bergantian.
"Kejadian tersebut berawal saat korban ini awalnya berada di sekolah, kemudian dijemput oleh kakak kelasnya dan dibawa di dekat kamar mandi," kata Kasat Reskrim Polres Blitar AKP Momon Suwito dikutip dari tayangan Metro Siang, Metro TV, Selasa, 22 Juli 2025.
Motif perundungan diduga dipicu oleh olok-olok dari korban terhadap kakak kelasnya yang memicu dendam dan berujung pada tindakan kekerasan massal. Pihak kepolisian menegaskan kasus ini akan ditangani dengan pendekatan hukum yang humanis dan edukatif, sebab, seluruh pihak yang terlibat masih berada di bangku sekolah.
"Kami sudah melakukan upaya penanganan dengan serius. Untuk penanganan tersebut di antaranya melakukan permintaan visum pada korban, melakukan pemeriksaan terhadap beberapa saksi, termasuk dari pihak sekolah," ungkap Momon.
Saat ini, enam orang saksi telah diperiksa. Polisi juga sudah mengantongi identitas 14 siswa yang diduga menjadi pelaku dalam perundungan ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News