Direktur Pengembang dan Pemanfaatan Kebudayaan (PPK), Irini Dewi Wanti. DOK Istimewa
Direktur Pengembang dan Pemanfaatan Kebudayaan (PPK), Irini Dewi Wanti. DOK Istimewa

Tenun Sumba Punya 85 Motif, 16 Terancam Punah

Renatha Swasty • 27 Mei 2023 14:02
Jakarta: Tenun Sumba tercatat memiliki motif terbanyak di antara tenun tradisional yang ada di sejumlah wilayah Indonesia. Sayang, belasan motif di antaranya terancam punah.
 
Hal itu berdasarkan Rekapitulasi Hasil Pengumpulan Basis Data Tenun Tradisional yang diinventarisasi Direktorat Pengembang dan Pemanfaatan Kebudayaan (PPK) Kemendikbudristek pada 2022.
 
Ditjen PPK mengumpulkan basis data tenun tradisional di lima wilayah, yakni Maluku (Tanimbar, Ambon, dan Saumlaki), Nusa Tenggara Timur (Sumba Timur, Sumba Tengah, Sumba Barat Daya, Sumba Barat), Sulawesi Selatan (Wajo), Kalimantan Barat (Sambas), dan Sumatra Utara (Dairi).

Dari pengumpulan itu diketahui, Maluku mempunyai 50 motif, NTT 85 motif, Sulawesi Selatan 16 motif, Kalimantan Barat 31 motif, dan Sumatra Utara 17 motif.
 
"Motif Sumba luar biasa karena kita bisa menginventarisasi 85 motif tenun Sumba. Memang keragaman motif sangat luar biasa. Namun, dari 85 itu 16 terancam punah," kata Direktur Pengembang dan Pemanfaatan Kebudayaan (PPK) Kemendikbudristek, Irini Dewi Wanti, dalam Pulu Pumba Merajut Jaring Tenun Sumba di Waingapu, Sumba Timur, NTT, Rabu, 24 Mei 2023.
 
Adapun 94 persen motif tenun Sumba masih bertahan dan ada pengembangannya. Motif-motif yang masih banyak ditemui seperti flora, fauna, maupun simbol yang identik dengan kepercayaan Marapu.
 
Rini mengungkapkan motif-motif itu teracam punah lantaran perajinnya sudah tidak melakukan pengembangan motif. Alasan lain tidak semua orang bisa menggunakan motif tertentu, seperti Patola Ratu yang biasanya dipakai oleh bangsawan.
 
Sehingga, penenun pun enggan membuat motif-motif tersebut. Selan itu, tak semua motif diminati pembeli, sehingga penenun menghasilkan tenun sesuai permintaan pasar.
 
"Kalau enggak ada pelakunya lagi, perajin tidak menerapkan motif itu akhirnya hilang," kata Rini saat berbincang di Waingapu, Kamis, 25 Mei 2023.
 
Rini mengatakan perlu upaya percepatan untuk tetap melestarikan motif-motif tenun Sumba. Salah satu caranya ialah digitalisasi.
 
"Kita tidak bisa bertahan seperti ini. Alih media misalnya mendigitalisasi itu penting. Walaupun perajinnya pada saat sekarang sudah semakin sedikit masih bisa dipelajari," tutur Rini.
 
Tenun Sumba Punya 85 Motif, 16 Terancam Punah
Contoh tenun Sumba. Medcom.id/Renatha Swasty
 
Pihaknya baru memulai mengambil foto dan video parsial dari tenun-tenun Sumba. Sebab, kata dia, digitalisasi tidak sekadar memfoto dan memvideo tenun Sumba.
 
"Digitaliasai itu mesti melihat konteks gambar utuh, motif tersebut, cara pengerjaannya, filosofinya, sampai persebarannya di mana saja, dan siapa saja yang menggunakan," papar Rini.
 
Pihaknya juga mendorong meningkatkan kapasitas penenun dan maestro. Rini mengatakan tenun bukan hanya soal menghasilkan sebanyak-banyaknya produk.  
 
Banyak nilai filosofi yang terkandung dalam tenun Sumba. Karena itu, penting agar penenun mengetahui filosofi di setiap produk yang mereka hasilkan.
 
"Di NTT, walaupun ada 476 penenun hanya 19 maestro. Berarti pewarisan tehadap nilai budaya di masyarakat kita bisa saja mengalami keterancaman," tutur Rini.
 
Rini menyebut pihaknya juga mendorong regenerasi penenun. Salah satunya dengan pelatihan penenun muda. Bahkan, sekarang di sekolah-sekolah juga sudah ada mata pelajaran menenun.
 
Tak cuma kementerian, masyarakat juga berupaya melestarikan motif-motif tenun Sumba. Salah satunya yang dilakukan Ignasius Hapu Karanjawa.
 
Melalui Rumah Tenun Mauhara Kambera miliknya dia ikut melestarikan motif-motif tenun Sumba. "Mulai 2017 saya dan teman-teman kami bangun (rumah tenun) supaya mereka penenun itu tidak punah," kata Ignasius yang memiliki 60 penenun.  
 
Perlu peran lintas kementerian/lembaga dan masyarakat dalam melestarikan motif tenun Sumba. Tanpa itu, bukan tidak mungkin motif-motif unik justru hilang.
 
Baca juga: Uniknya Tenun Sumba, Gunakan Pewarna Alami dari Tanaman Endemik Lokal

 
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
 
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan